Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menafsirkan Keadilan Melalui Lensa Relasional Egalitarianism dan Sufficientarianism

2 Februari 2024   06:45 Diperbarui: 4 Februari 2024   21:55 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pluralistik yang menghargai kesetaraan dan kecukupan. (Freepik.com)

Hal ini menyatakan bahwa keadilan sejati mencakup lebih dari sekedar redistribusi sumber daya atau peluang; melainkan mencakup metamorfosis cara individu berinteraksi satu sama lain. 

Transformasi ini memerlukan pergeseran budaya menuju pengakuan dan penghormatan terhadap nilai yang melekat pada semua individu, terlepas dari status sosial ekonomi mereka.

Integrasi relasional egalitarianism dan sufficientarianism ke dalam kerangka keadilan yang kohesif juga menawarkan lensa baru untuk mengkaji isu-isu global. 

Di dunia di mana kesenjangan tidak hanya terjadi dalam masyarakat tetapi juga dalam skala global, pendekatan ini memberikan kerangka kerja yang berharga untuk mengatasi kesenjangan internasional. 

Dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan dan kecukupan, hal ini mengusulkan pendekatan menyeluruh terhadap kemajuan di seluruh dunia, bantuan kepada mereka yang membutuhkan, dan administrasi global, yang menjunjung tinggi kehormatan setiap orang dan bercita-cita untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan setara.

Pendekatan pluralistik terhadap keadilan yang dianjurkan oleh Bengtson dan Nielsen menghadirkan struktur yang canggih, mencakup segalanya, dan fleksibel untuk mengatasi dilema rumit yang ada di masyarakat saat ini. 

Dengan menganut prinsip-prinsip egaliter dan kecukupan, hal ini memberikan jalan yang menjanjikan menuju dunia yang lebih adil dan setara, dunia yang mengakui beragam kebutuhan dan aspirasi semua individu.

***

Integrasi prinsip-prinsip egaliter dan kecukupan ke dalam kerangka keadilan relasional, seperti yang diusulkan oleh Bengtson dan Nielsen, menandai langkah revolusioner menuju definisi ulang keadilan dalam masyarakat. 

Pendekatan yang mencakup berbagai perspektif ini melampaui batasan konvensional, memberikan pendekatan yang lebih luas, fleksibel, dan pada akhirnya lebih efisien untuk mengatasi permasalahan kompleks berupa bias, disparitas, dan ketidakadilan. 

Dengan mengadvokasi masyarakat di mana setiap individu mempunyai hubungan yang setara dan berkecukupan, kerangka kerja ini tidak hanya mengatasi gejala-gejalanya tetapi juga akar penyebab kesenjangan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun