Informasi awal atau pertama yang diterima pemilih tentang seorang kandidat dapat menjadi 'jangkar' yang memengaruhi pemikiran dan penilaian selanjutnya.
8. Efek Ikut-ikutan (Bandwagon)
Para pemilih mungkin cenderung mendukung kandidat yang mereka anggap sudah populer atau yang dukungannya semakin meningkat.
Memahami bias kognitif ini dapat memfasilitasi pemilih dalam mengenali penipuan (bias) yang masuk akal dalam proses kognitif mereka dan mungkin mendorong pendekatan yang lebih berwawasan luas dan introspektif dalam pengambilan keputusan selama pemilihan legislatif.
Melalui pemahaman tersebut, kita dapat melihat bahwa proses pemilu legislatif tidak hanya terdiri dari pilihan-pilihan antara berbagai kandidat dan kebijakan, namun juga merupakan pertarungan internal antara intuisi dan rasionalitas yang ada di benak setiap pemilih.Â
Kesadaran akan bias kognitif dapat membantu pemilih menjadi lebih reflektif dan kritis, sehingga mendorong proses pengambilan keputusan yang lebih matang dan bertanggung jawab.
Untuk mencapai hal ini, pendidikan pemilih dan literasi media memainkan peran penting. Pemilih harus dibekali keterampilan mengevaluasi informasi dan berpikir kritis.Â
Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan selama pemilu, namun juga memperkuat prinsip-prinsip dasar demokrasi secara keseluruhan.
***
Kesimpulannya, pengaruh bias kognitif dalam pemilu legislatif merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan.Â
Dengan memahami mekanisme yang mendasari terjadinya bias-bias ini, para pemilih dapat lebih berhati-hati dalam mengasimilasi informasi dan akibatnya mengambil keputusan yang memiliki tingkat kearifan yang lebih tinggi.