Mohon tunggu...
Syahadah Khoirul Nisa
Syahadah Khoirul Nisa Mohon Tunggu... Jurnalis - @Syahadahkn

Permudahlah hidup dengan selalu bersyukur:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

3 Maret 2020   22:44 Diperbarui: 3 Maret 2020   22:51 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secercah harapan

1. Kali pertama

ANNA FATHIYAH  menulis sebuah cerita di balik lensa ketika perjalanan menuju rumah, ini yang menjadi alasan mengapa ia hobi bergelut merangkai kata. Tidak hanya sekedar menulis, namun tulisannya bermakna yang membuat hati pembaca menjadi tersayat-sayat. Sinar mentari yang memantulkan seberkas cahaya tepat berada di lensa kacamatanya. 

Bangunan kuno yang berjejer di bawah langit nan teduh serta pemandangan yang membuat sosok wanita itu berhenti mengayuh sepeda, matanya membelalak melihat cakrawala yang menyuguhkan alam nan seindah ini. 

Banyak orang berlalu-lalang dan danau yang tepat berada di depan matanya yang membuat tangannya tak berhenti menulis, apalagi mengenai alam dan cerita hidupnya. Kata demi kata ia tulis tanpa memedulikan sekitarnya, ia tulis mulai dari A sampai Z tanpa ada yang tertinggal sama sekali.

Alam ini menyuguhkan suatu seni yang tidak tertanding indah sampai ia tak sadar bahwa adzan Maghrib akan segera bergema. Ia segera beranjak dari tempat itu dan mengayuh sepeda sekencang mungkin. untungnya tempat tinggal ia tak jauh dari danau itu, hanya butuh waktu tujuh menit untuk sampai di rumahnya. 

Begitu membukakan pintu lagi-lagi orang tuanya belum pulang, hanya ada bibi dan ia. Walaupun orang tuanya pergi pagi dan pulang malam, tapi ia selalu di perhatikan akan sholat dan belajarnya. Orang tuanya selalu bilang "bahwa dunia tak butuh orang malas" itulah kata-kata yang membuat belajarnya selalu semangat.

Malam berlalu, kini waktunya anna mencari ilmu, tak ada kata terlambat untuk belajar. Ketika ia hendak berangkat sekolah, ia tak lupa berpamitan dengan orang tuanya. Lalu, ia segera mengayuh sepeda, kini embun masih menyelimuti perjalanan dan tentu suhunya sangat dingin. Akan tetapi ia harus segera sampai di sekolah dan tiba-tiba brukkk,

" Maaf, maaf aku tak sengaja" ujar pemuda itu
Anna langsung berdiri walau rantai sepedanya putus "Oke tidak apa-apa"
"Biar kubantu untuk membetulkan sepedamu"
 "Tidak usah, lagi pula itu tidak sengaja dan kau sedang terburu-buru untuk berangkat sekolah?"
"Iya...., aku permisi dulu ya" pemuda itu tersenyum dan langsung berlari menjauhi tempat itu dimana Anna berdiri. Terpaksa Anna menuntun sepedanya, namun ia tetap kepikiran tentang pemuda tadi, sikapnya yang sopan serta ramah membuat ia segan sebab baru kali ini ia bertemu dengan orang serakah ini.

Langkah demi langkah ia lakukan tanpa menghiraukan sekelilingnya, ternyata banyak hal tentang hari ini dan cerita yang ia rangkai. Setibanya ia di sekolah ia langsung duduk dan membuka buku, lalu segera menulis. Ternyata bell berbunyi dan terpaksa ia penutup buku walau ceritanya belum sempat selesai. 

"Ah, mengapa hari ini harus ada pelajaran bahasa Inggris sih", begitu gerutu hati Anna. Setiap kali belajar bahasa Inggris hatinya selalu dag dig dug takaruan, tangannya gemetar, banyak hal yang tak ingin ia harapkan yaitu ditunjuk tuk mengerjakan tugas bahasa Inggris di depan, karena ia tau ia tak bisa bahasa Inggris. 

Tapi entah mengapa jika ia belajar Inggris ia selalu menolak dan tak mau mempelajari nya, sepertinya ia tak menyukai pelajaran itu, buktinya ia selalu menghindar jika di tunjuk tuk mengerjakan tugas, banyak alasan yang ia lakukan entah itu izin ke toilet atau ia pura-pura sakit dan ujung-ujungnya ia pergi ke kantin dan satu hal lagi mengapa ia tak suka pelajaran itu sebab gurunya kiler banget dan bawaan emosi gurunya marah-marah terus pokoknya ia tidak menyukai pelajaran itu.
       
2. Kali kedua

Anna berjalan menyusuri jalanan yang berada dibawah teriknya matahari, wajahnya yang kusam tubuhnya yang mungil membuat keringatnya bercucuran, hari ini ia tak bisa menulis di tepi danau ada hal yang harus ia lakukan. Sesampainya ia di tempat tujuannya ia langsung menyimpan sepedanya

"bang rantai sepeda ku putus, tolong benerin ya bang"
"Oke Neng silahkan duduk dan tunggu"
"hari ini adalah hari tersialku, pertama aku tertabrak oleh pemuda itu, kedua guru bahasa Inggrisku menunjukkan untuk mengerjakan tugas ke depan kelas dan aku tak bisa menjawabnya, terpaksa aku harus menerima hukuman dari guruku yaitu aku harus mengerjakan 60 soal pelajaran itu, terakhir aku harus ke bengkel sepeda dan itu berjalan dibawah terik matahari, sialan" begitu gerutu Anna.

Pikiran Anna melayang-layang kalimat yang dilontarkan gurunya membuat ia terngiang-ngiang pasalnya ia harus mengerjakan 60 soal bahasa Inggris dan itu tidak boleh ada yang membantu kecuali ia meminta bantuan kepada guru yang bersangkutan. 

Langit yang asalnya biru kini kan berubah menjadi hitam Anna sesegera mungkin tiba ke rumah, setibanya ia di rumah ia langsung mengucapkan salam dan membukakan pintu. ia langsung mengguyur badannya dengan air hangat serta mengambil wudhu untuk melakukan shalat Maghrib dan melanjutkan dengan membaca ayat-ayat Al-Quran selepas membaca ia mulai membuka buku dan lembar soal bahasa Inggris.

Isi kepalanya semrawut, semalaman ia tak bisa tidur kini sudah jam 02.00 am
 "Astagfirullah sekarang sudah jam 02.00 subuh dan tugas bahasa Inggris ku belum selesai. Aku baru mengisi 40 soal plus aku belum tidur, aku mengantuk" gerutu anna yang membangunkan ibunya
"Kak, kak belum tidur mengapa kakak masih mengerjakan tugasnya?, Sudahlah nanti lagi mengerjakannya" ucap ibunya yang mengucek-ngucek matanya
"Tapi bu kakak harus mengerjakannya dan hari ini terakhir kumpulin tugasnya bu..." mata Anna yang mulai mengantuk
"Ya sudah kamu tidur gihh biar sisanya ibu kerjakan"
"Iya bu makasih" Anna pun tidur dan terlelap.

paginya ia berangkat dari sekolah dan pulang seperti biasa ia naik sepeda. Ia sekilas melihat pemuda itu sedang dikerumuni oleh para anak jalanan, namun ia tidak menghiraukannya. Anna langsung duduk di tepi danau yang biasa ia tempati

"Apa kau mau kebab ini? Aku sengaja membuatnya agar orang-orang bisa menikmati ketika sore hari" ucap pemuda itu
anna langsung melirik "Ternyata kamu, memang harganya berapa?? Aku beli satu saja"
 "ini tidak bayar aku ngasih kebab ini dengan cuma-cuma, ini untukmu" ia langsung menyodorkan makanan kepada anna
"Terimakasih, aku sering melihat kamu ada disini dan selalu di kerumuni oleh banyak anak jalanan, memang kau sedang apa?" Ucap anna sambil mengunyah makanan tadi
"Oh itu ya biasalah aku suka membagikan makanan ke orang-orang bahkan kepada anak jalanan pun"
 "Ngomong-ngomong namamu siapa? Eh iya makanannya enak, kamu beli dari mana?"
 "Namaku Andra, makanan itu engga beli aku bikin sendiri, kalau nama kamu siapa?"
 "Namaku Anna Athiyyah fathiyyah, panggil saja anna, sudah dulu ya..., aku harus pulang ibuku menungguku. Assalamu'alaikum Andra" Anna terburu-buru dan langsung membereskan buku-bukunya kedalam tas
"Wa'alaikumussalam Anna".

3. Tuntutan

Setelah Anna meninggalkan dirinya, ia pun  segera pulang dengan menaiki bus. Ia tak sandar bahwa ia pulang larut malam, hingga tiba di depan rumah ia tersentak

 "kamu dari mana saja andra? Mengapa kamu pulang larut malam, padahal sekalian saja jangan pulang lagi" suara ayah dengan nada kesal dan mata yang membulat
"ma..ma..maaf ayah tadi aku membagikan dulu makanan untuk anak jalanan" dengan wajah yang menunduk, hati andra dag dig dug tak karuan ia sangat takut kepada ayahnya sebab ia tahu bahwa ayahnya seorang tentara dan pasti jika ia melarang aturan ayahnya ia akan di hukum untuk tidak main selama satu bulan.
"Ya sudah masuk, lain kali kalau begini lagi ayah akan menghukum untuk hal itu, kamu mengerti tidak!"
"Iya mengerti ayah" dengan memasang wajah pasrah. Ia pun masuk dan segera membersihkan badan serta langsung makan malam karena perutnya keroncongan.

Biasanya setelah pulang sekolah ibunya selalu membuka semua buku dan memastikan apakah anaknya mempunyai tugas atau tidak, lalu ibunya menyuruh andra menyelesaikan tugasnya saat itu juga. Ketika selesai adzan isya ia dituntun belajar pelajaran untuk ke esokan harinya. Dan malam ini ia belajar habis-habisan bahkan sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Sekolah, UN, bahkan SBMPTN.

Malam berlalu andra bangun pagi, ia  juga di tuntun untuk  membereskan rumah mulai dari membereskan kamar, sapu-sapu, sampai mengepel, sehingga ia harus bangun pukul 04.00 pagi. Ia akan pergi kesekolah pukul 06.15 pagi dan pulangnya tidak boleh lebih dari pukul 16.00 sore begitulah rutinitas yang andra lakukan, bukan tanpa sebab namun andra harus begitu agar kedisiplinan baik.

Banyak hal yang perlu ia lakukan, namun ia tak mengeluh ia selalu jalani dengan sepenuh hatinya. Satu hal yang selalu ia pegang dalam hidupnya  yaitu "jangan mengeluh karena sesuatu hal sebab itu akan memperburuk dirimu".  Bahkan ia selalu bersyukur kalau hidupnya se-enak ini bahkan di luaran sana orang lain menginginkan seperti ia.

Andra adalah seorang pemuda yang hobinya memasak dan hasil masakannya ia bagikan kepara anak jalanan dan kepada orang-orang yang ada di tepi danau, namun selama ini orang tuanya hanya mengetahui ia membagikan makanan dengan hasil pembelian bukan membuatnya sendiri. Sehingga orang tuanya tak memarahinya.

Andra hanyalah putra tunggal dari anak seorang tentara dan seorang dokter, karena itulah ayah dan ibunya hanya memiliki satu harapan dan itu hanyalah Andra Sukmadrajat, Karena itu orang tuanya selalu menuntut ia untuk seperti inilah seperti itulah, Untungnya seorang andra memahami hal itu dan ia memaklumi orang tuanya.

Andra terkadang merasa bosan dengan apa yang ia lakukan setiap harinya oleh sebab itu ia meminta izin kepada orang tuanya untuk mengajar anak jalan setiap Sabtu dan Minggu dari pukul 07.30 pagi sampai pukul 11.00 pagi, orangtuanya tak melarang hal itu bahkan ia di dukung, namun waktu ia mengajar hanya sampai pukul 12.00 siang dan itu sudah sampai di rumahnya. Pukul 14.00 siang andra harus melakukan rutinitas yaitu les privat setiap Sabtu dan minggunya.

4. Rangkaian kata

Kini hari minggu, anna selalu pergi ke tepi pantai untuk membuat kata-kata, puisi maupun novel yang selama ini ia buat. Walaupun ia selalu membuat itu namun ia tak pernah satupun di postnya ke sosmed bahkan teman sebangkunya tak mengetahui kalau ia mempunyai hobi seperti itu dan orangtuanya pun tak mengetahuinya, sebab orangtuanya selalu sibuk bekerja.

Anna adalah anak kedua dari dua bersaudara, ya.. betul ia mempunyai kakak laki-laki dan anna memanggil kakaknya dengan sebutan abang. Abangnya kuliah di PTN negeri dengan prodi akuntansi perpajakan, orang tua Anna bekerja di sebuah perusahaan animasi atau pembuat film kartun.

"Hey Anna..., kamu ini melamun terus sedang apa kamu disini? " andra yang menyapa Anna justru itu membuat anna tersadar akan lamunannya
 "hey andra..., aku sampai kaget loh kirain siap ternyata kamu. Ouh aku sedang melihat  pemandangan. Pemandangannya indah kan, aku bersyukur masih bisa melihat pemandangan seindah ini" dengan wajah berseri-seri dan penuh kebahagiaan.

Banyak hal yang di tanyakan andra kepada Anna bahkan andra menanyakan bagaimana orangtuanya mendidik Anna dan jawaban anna simpel yaitu jangan lupakan kewajiban melaksanakan shalat lima waktu serta menjadi pribadi yang selalu disiplin waktu dan belajar, namun Anna selalu di bolehkan bermain keluar dengan batasan waktu tidak boleh pulang lebih dari Maghrib. Andra sangat cemburu kepada Anna karena orangtuanya membolehkan ia bermain sedangkan andra tak di bolehkan.

"kamu adalah orang yang paling beruntung anna karena memiliki orang tua yang baik"
"ya tentu saja..., dan orang yang paling beruntung bukan hanya aku tapi kamu serta orang lainpun beruntung karena memiliki orang tua yang baik, hanya saja berbeda cara mendidik anak-anak nya. Bukan begitu andra?"
"Ya kamu benar Anna".
      "Andaikan aku mempunyai orang tua seperti anna, pasti aku diajarkan shalat" begitu gerutu hati andra.
 "Andra kamu sedang apa disini?kamu membagikan makanan lagi?" Ucap anna
"Tidak-tidak aku disini karena aku selalu mengajarkan anak jalanan untuk belajar"
 "Tapi mengapa kamu masih disini, bukannya kamu harus mengajarkan anak-anak itu andra"
 "Tidak anna anak-anak itu rupanya sedang mengamen dan mereka tidak akan belajar hari ini".
Perbincangan itu membuat mereka semakin dekat layaknya seorang sahabat. Hingga tak terasa adzan dzuhur berkumandang
 "andra ayo kita shalat ini sudah adzan dzuhur loh.."
"tapi Anna..."
"tapi apa? Kan ini sudah adzan"  dengan nada tegas
"Aku.."
"Aku apa? Kamu Islam kan? Kalau kamu Islam kita shalat kemasjid"
"Sejujurnya Anna aku tak bisa shalat, berwudhu pun tak tahu. Aku tak pernah diajarkan shalat oleh orang tuaku bahkan orang tuaku tak pernah melakukan shalat dan tak pernah menegur ku akan shalat"
"Begitu rupanya kini kewajibanmu mengajarkan ayah dan ibu shalat dengan cara kamu belajar shalat andra.."

Ucapannya begitu lembut yang membuat hati andra tergugah untuk belajar shalat. Ya saat itulah andra sedikit-sedikit belajar shalat hingga akhirnya ia bisa melakukan wudhu, tata cara shalat yang baik bahkan bacaan shalat pun ia bisa karena itu berkat seorang anna.

Dan ketika Anna terburu-buru untuk pergi ada secarik kertas yang jatuh dari buku bindernya, "Anna ini kertas kamu jatuh tertinggal" Anna tak menghiraukan hal itu karena ia tahu kalau ia harus pulang karena abangnya akan pergi ke Jakarta dan ia akan menjemput nya sampai ke halte bus. Andra pun penasaran dengan isi secarik kertas itu, ada beberapa kata quotes

"Hiduplah seperti pohon, walau buahnya di petik dan di lempar batu ia tetap sabar dan berbuah lagi"
Hati Andra begitu tersentuh dengan serangkaian kata-kata itu.

5. Suatu perubahan

Begitu andra bertemu dengan anna, andra langsung mengembalikan secarik kertas yang ia temukan terjatuh di buku anna. Andra menyarankan kepada Anna untuk mengikuti lomba membuat novel di Universitas Pendidikan Indonesia, anna pun mengikuti perkataan andra dan benar saja anna memenangkan lomba itu dan sampai saat ini anna selalu membuat novel dan hasilnya ia bukukan, lalu ia jual buku-bukunya hingga nama anna diketahui banyak orang sebab buku-buku novelnya yang bagus.

Kini andra tak pernah meninggalkan shalatnya, bahkan orang tuanya pernah memarahi sebab ia melakukan shalat orangtuanya bilang bahwa shalat tak akan membawa perubahan dalam hidupnya kecuali ia berusaha.
Andra tak pernah mendengarkan orang tuanya, ia tetap melaksanakan shalat, hingga akhirnya hati orang tuanya luluh dan mau belajar shalat.

6. Larangan

Satu minggu yang lalu andra telah melakukan Ujian Sekolah dan UN. Kini tibanya ia mengikuti SBMPTN di PTN yang ia inginkan. Andra memilih PTN di UPI dengan mengambil prodi Tata Boga, ya..., tentu saja memasak.
Orang tuanya sangat marah kepada andra

"Mengapa kamu memiliki prodi Tata boga ini andri! Ibu sangat tidak menyukai hal itu, ibu kira kamu akan mengambil prodi kedokteran, setidaknya kamu seperti ayahmu menjadi tentara!" Ucap ibunya dengan nada yang tinggi dan napas yang terengah-engah.
"Tapi bu ini bakatku, ini keinginanku, dan ini yang ku mau bu" mata andra yang mulai memerah
"Kamu ini anak siapa! Aku tak memiliki anak sepertimu andra, sekarang kamu harus pergi dari rumah ini sebab aku tak memiliki anak sepertimu!"
"Baik kalau itu keinginan ayah, aku akan pergi"
"Jangan panggil aku ayah karena aku bukan ayahmu!" Dengan nada kesal dan nada yang meninggi

Andra pergi dari rumah dan ia tak tahu harus kemana, sedangkan di luar sana gelap gulita. Ia menyusuri jalanan dengan membawa perut kosong, mata yang mengantuk dan uang.

"Heyy...., kamu mau kemana nak sini abang anter" preman itu merayu andra
"Tak usah bang aku bisa sendiri" andra berjalan semakin cepat
"Hey, mau kemana jangan sombong, sini mana uang dan smartphone mu!"
"Kamu mau bang jangan ambil uangku lagi pula aku tak punya Smartphone, dasar preman gila!"
"Apa Lo bilang gila, kamu yang gila!" Preman itu memaksa dan tasnya diambil dengan paksa.
 pun berteriak dengan keras "Tolong..... tolong...... ada preman yang ambil hartaku!"
"Teriak, teriak saja disini tidak akan ada orang, hahahaha" brakk

Mobil itu menabrak preman dan keluarlah seorang bapak-bapak

"Jangan pukuli anak ini kalau berani pukuli saja aku dan kalau kamu pukuli aku, kamu akan langsung ke penjara karena aku adalah seorang polisi bahkan aku adalah atasan polisi, kamu mau pukuli silahkan pukuli!"
Preman itu langsung kabur dan tidak membawa harta yang dimiliki andra.
"Nak kamu tidak apa-apa? Mengapa malam-malam begini berkeliaran disini, disini rawan begal dan preman. Ikut saja dengan bapak ya nak" suaranya yang lembut membuat andra segan menolak permintaan bapak-bapak itu.
Ketika di jalan andra ingat kalau jalan yang di laluinya seperti jalan yang menuju rumah anna, namun ia tak menepis hal itu.
"Nah ini rumah bapak nak, kamu bisa tinggal disini untuk beberapa hari sampai kamu menemukan kontrakan"
"Terimakasih pak, bapak sudah baik kepada saya, saya sangat berhutang budi kepada bapak" lirih andra dengan lembut dan sopan
"Iya sama-sama nak, ayo kita turun"
Andra sangat terkejut ketika turun di mobil, sebab ini adalah rumah anna
"Pak ini benar rumah bapak kan?"
"Ya iya, masa bapak turun di rumah orang" sembari sedikit ketawa
Ber'arti bapak ini adalah ayah anna, baik sekali beliau andai saja aku punya ayah seperti beliau. Beliau sama seperti anaknya baik dan sopan santun.

7. Harapan yang terwujud

"Assalamu'alaikum..., bu..bu.."
"Iya sebentar yah.." sambil membukakan pintu
"Eh andra kenapa kamu bisa disini?"
"Iya bu.., tadi ada preman yang mau nyerang anak ini. Eh kok ibu tau dia, ibu sudah kenal?" Ucap ayahnya anna
"Ini tuh temennya anna yah..., kok malah ngobrol disini yaudah nak masuk yukk" ibunya anna mempersilahkan suami dan andra masuk
"Oh begitu, ayo nak andri masuk"
"Iya pak"
"Silahkan duduk nak..., ibu akan panggilkan anna dan mengambil teh hangat untukmu"
"Ga usah panggil anna bu, nanti anna bangun, kasian kan kalau ia masih tidur"
"Anna belum tidur kok, tunggu bentar yah.."

Beberapa menit kemudian semuanya berkumpul di ruang tamu

"Silahkan di minum nak, mumpung masih hangat"
"Iya bu terimakasih" sambil meminum air tehnya
"Mengapa kamu malam-malam begini ada di luar nak dan kamu membawa koper memang kamu mau kemana?" Ucap ayah anna sambil meneguk air nya
"Iya kamu mau kemana sih andra, malam-malam begini"
"Ceritanya panjang pak, bu, na, jadi begini..."

Andra mulai menceritakan mengapa ia di usir dari rumah sampai orang tuanya marah kepadanya

"Ya sudah besok kita kerumah ayah dan ibu mu biar kesalahan pahaman ini berakhir" begitu ucap ayah anna
"Iya lagi pula ibu tau kalau mereka hanya menginginkan anaknya sukses, namun orang tua andra belum memahami itu, pasti mereka juga khawatir akan kamu dan mereka pastinya menyayangimu "
"Iya andra ucapan ayah dan ibuku benar, jadi kamu harus tetap sabar dan besok kamu beri tahu mereka lalu beri penjelasan dengan baik. Agar tidak terjadi salah paham lagi"
"Nanti besok bapak, ibu dan anna akan bantu kamu bicara kepada orang tuamu"
"Ya sudah  tidur gihh ini sudah malam, dan kamu andra kamu akan tidur di kamar abangnya anna ya.."
"Iya bu.., maaf jadi ngerepotin"
"Tidak apa-apa"

Malam andra tidak tenang tidurnya pun tidak nyenyak ia memikirkan perkataan ayah dan ibunya, namun disisi lain perkataan orang tua anna benar ini harus di selesaikan.
Pagi harinya mereka sudah bersiap-siap mau kerumah andra

"Assalamu'alaikum buu"
"Iya wa'alaikumussalam, tunggu sebentar"
Setelah ibunya andra membukakan pintu sontak ibunya terperangah dan kaget
"Nak kemana saja ibu khawatir, semalaman ibu memikirka kamu. Kamu tidak kenapa-napa kan?" Suara yang lembut dan khawatir yang ibu andra ucapkan. "Ayo silahkan masuk.."

Ketika ibunya mengambilkan cemilan dan minuman, ayah andra keluar

"Ada tamu dari mana bu..?"
"Itu andra dan teman serta orang tua temannya"
"Apa? Andra masih berani kesini, kan sudah ku bilang jangan kesini!" Ayahnya menghampiri andra
"Ayah jangan begitu, yah ternyata anak kita engga salah. Dia benar bahwa ia berhak memilih jalan hidupnya" dengan berlari-lari mengejar suaminya
"Andra mengapa kamu balik lagi, sudah ku bilang kamu jangan kesini karena ini bukan rumahmu bahkan kita bukan orang tuamu!"
"Sudah pak jangan seperti itu, begitu juga kan anak bapak. Kita bicarakan hal ini dengan baik-baik dengan kepala dingin agar tidak terjadi kesalahan pahaman "
"Iya yah benar kita bicarakan dengan baik-baik bisakan "
"Oke kalau begitu, aku akan menuruti"

Dan orang tua anna mulai menjelaskan kepada ayahnya kalau anak tidak boleh terlalu di Kekang dan tidak boleh terlalu di liarkan, karena itu akan membuat anak depresi dan stres. Dan sebaiknya apa yang anak inginkan jangan dilarang selagi itu masih didalam hal baik. Biarkan anak memilih apa yang ia inginkan karena tih semuanya anak akan menjalankannya.

Begitulah akhirnya andra pun dimaafkan dan diperbolehkan untuk memilih prodi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun