Pentutup
Rangkaian puisi-puisi dalam "Mengejar Tapak Allah" karya Syahriar Tato, meskipun tidak dimaksudkan sebagai suatu perjalanan rohani secara 'kronologis', secara keseluruhan dapat dikatakan pusi-puisi yang termuat, sebagai 'puisi zikir'. Mengingat banyaknya 'nama-nama Agung Allah SWT' yang disebutkan, dan menjadi awal dan akhir dari 'hasrat batin penyairnya', maka usaha estetik ini adalah sebuah 'ritual zikir' dalam bahasa puitik.
Nama-nama agung asmaulhusna yang disebutkan, sekaligus menjadi 'muatan nilai' paling fundamental dari puisi-puisi yang disajikan. Karena nama itulah, sesungguhnya yang diperlukan secara fitrawi dari jiwa primordial manusia, sebagai 'debu sebiji zarra' yang disebutkan penyairnya.
Nama-nama itu menjadi semacam 'asupan gizi paling lezat' dari jiwa kita yang kerontang dari 'sejuknya titik-titik hujan surgawi'.
Penyair sudah menyuguhkan kepada pembaca sebuah 'tawaran nilai' paling angun dalam pusi-pisinya ini.
Mengenai absurditas 'perjumpaan' penyair dalam "Mengejar Tapak Allah" nya ini. Adalah sisi lain yang mugkin 'tetap bersoal', dalam pengertian 'perjumaan hakiki', sebagai buah perjalanan rohani, yang bersifat 'makrifat'.
Maka, biarlah hal tersebut, menjadi milik sang penyair, dan/atau milik pribadi-pribadi yang 'menempu jalan rohani' dalam kehidupannya.
SM. 9/1/2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H