Maka mengenal ALLAH melalui 'jalan spritual' adalah tujuan setiap syariat yang dibebankan kepada mahluk.
Yang umum kita pahami, bahwa 'Jalan spiritual' melewati syariat, tariqah, hakikat lalu makrifat. Menurut para ahli, 'perjalanan' itu dimuali dengan niat dan/atau himmah yang kuat, apakah berdasar pada cinta, harap atau juga rasa takut.
Melalui 'jalan' Cinta, Harap dan Takut
"Episode Mengejar Tapak Allah" membentangkan sebanyak 81 rangkaian bagian puisi. Yang jika berdasarkan 'teori jalan spiritual' tersebut, apakah setiap bentangan puisi-puisi ini adalah gambaran jalan cinta, jalan harap atau jalan rasa takut, sang penyair?
Sehingga, judul "Mengejar Tapak Allah' tergambar pada setiap bagian 'etape-etape perjalanan' sebagai suatu usaha estetik dari suatu niat/himmah untuk 'berlari' menuju 'tapak' Allah.
Kata 'mengejar' secara umum diartikan sebagai berlari, memburu atau berusaha dan berkeinginan keras. Maka 'mengejar dalam judul dapat ditafsirkan sebagai 'usaha atau keinginan keras untuk mendekat' kepada Allah melalui 'tapakNya'.
Kata 'tapak' juga multi tafsir menurut leksikonnya: dapat diartikan sebagai bidang tanah; kaki; bisa juga bekas sesuatu yang tertinggal. Maka 'tapak Allah' dalam judul dapat dimaknai secara langsung sebagi 'tanah allah', 'kaki allah' atau 'bekas yang tertinggal dari Allah'.
Nampaknya maksud sang penyair melalui judul "Mengejar Tapak Allah" dapat dimaknai, sedang berusaha dan berniat dalam kesungguhan yang dalam, untuk mendekat kepada Allah melalui tapakNya. Tafsir ini dapat dikonfirmasi melaui 2 bagian dalam puisi (P) panjangnya, awal  dan akhir. (P. no. 1 dan P. no. 81).
Kita mulai dari etape akhir dari episode 'perjalanan sang penyair' ketika sang ia menutup puisinya:
Sepasang kaki fanaku yang kerdil//Berlari melintasi ruang dan waktu//dengan tasbih ditangan erat tergenggam//berlari menyusur bentang fanaku//...//mengejar tapakmu Ya Rahman//kebatas kuasa malaikat dan waliullah//kebatas harapan ummatmu yang pilihan. (P. No. 81)
Setelah sang penyair memulainya dengan pengakuan penghambaan, sebagai mahluk yang tidak berdaya. Dan karenanya tidak menemukan jalan apapun, kecuali memenuhi panggilan untuk datang kepadaNya: