Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Getar Syair yang Berdoa

19 April 2022   08:32 Diperbarui: 19 April 2022   09:27 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski itu sesaat.

Puisi dan doa menyatu dalam jemarinya menelan rindu terbakar di musim kemarau zaman yang berjalan  tak perduli. Keluh dan peluh telah terbuka lembaran-lembarannya dari relung jiwa berwarna bening air mata bayi. Kini tinggal menunggu kepak sayab Jibril pada musim yang akan tiba mengantar masa depan itu menjadi nyata di pelupuk setiap mata.

Kepada yang dijanjikan kedatangannya ia meletakkan tangan harapan. Kepada al-Mahdi, sang penolong zaman asanya disimpul kuat dari seluruh kesia-siaan yang menyelimuti ummat Muhammad akhir zaman. Zaman huru hara, asap hitam bercampur debu dan gemuruh desing peluru di medan perang, penyakit dan bencana.

Setiap musim tidak lagi datang membawa serta rahmatNYa, namun menggiring hukumanNya bagi setiap tetes dosa yang telah menghimpun menjadi samudera.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Puisi ini telah mengalami pengeditan ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun