"Tentu dong, apa sih yang tidak buat sahabatku?" goda Kimya.
"Maaf sebelumnya ya, tapi sejak kapan kamu melepas kerudungmu?"
Mendengar pertanyaan Rum, dengan tenang Kimya menjawab,"Owalah itu toh, ehm sejak kapan ya? Mungkin tahun kedua kuliah."
"Kenapa?" Tanpa basa-basi Rum langsung memburunya.
"Ehm gimana ya jelasinnya. Menurutku pakai kerudung itu nggak terlalu penting sih, apalagi aku sekarang tinggal di kota besar, panas dan nggak fashionable banget, dan aku juga lebih nyaman dan leluasa kalau nggak pake kerudung, heheh kamu kaget ya?"
Mendengar alasan Kimya, Rum mearasa kecewa, "Tapi pakai jilbab itu kan kewajiban, bukan pilihan?"
"Kamu nggak usah khawatir, Rum. Aku tahu kok jalanku, yang penting kan imanku tetap."
"Justru dengan kamu melepaskan hijab, menunjukkan bahwa imanmu sudah berkurang, Kimya."
Kimya tertegun mendengar perkataan sahabatnya itu sambil memikirkan alasan lain untuk menjawabnya.
"Yang penting aku juga nggak pindah agama kan? Dan tetap melakukan kewajibanku seperti sholat dan lainnya, dan inshaAllah aku akan memakai hijab lagi nanti kalau sudah siap, kalau sekarang terlalu sulit, Rum."
"Hijab itu kewajiban agama kita, Sahabatku. Identitas seorang Muslimah, dan kita adalah seorang muslimah. Selain itu, siapa yang menjamin hidup kita bisa bertahan sampai kita siap?" Pandangan mata Rum tepat beradu dengan mata Kimya, "Dan kalau kita memiliki tekad yang kuat untuk behijab dengan niat yang benar, inshaAllah akan selalu ditolong dan dimudahkan oleh Allah swt." sambung Rum.