Melihat situasi demikian, Widura tidak tega sehingga menghadap Prabu Drestarastra untuk membujuk putra-putra agar mengembalikan Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa serta Drupadi kepada Yudistira. Tidak elok menggunakan manusia sebagai taruhan dalam sebuah permainan.Â
Karena titah ayahanda, Duryudana pun rela mengembalikan mereka, namun istana tetap menjadi menjadi hak para Kurawa. Dengan demikian mereka tidak bisa pulang kembali ke Indraprasta dan harus menjalani lagi hidup di alam liar sebagai rombongan gelandangan.
Tancep Kayon
Perbuatan berjudi oleh para penjudi tentu tidak masuk di akal dan sebuah kegilaan bagi orang-orang yang tidak pernah melakukan. Â Mempertaruhkan harta benda yang seharusnya berharga, baik untuk melangsungkan hidup maupun manfaat lain adalah tidak berguna.Â
Tetapi bagi para penjudi tidak sesederhana itu. Faktor emosional dan tidak mampu memikirkan dampak dan akibat dari judi itu yang justru sedang menghinggapi mereka.
 Aman dahulu, pulang tinggal berpakaian dalam saja karena semua barang sudah habis dipertaruhkan, itu biasa saja bagi para penjudi. Entèk-entèkan, dadi kèrè. Seandainya Bulan dan Matahari diterima oleh lawan main, maka mereka akan pertaruhkan juga.
Penyakit masyarakat ini masih tumbuh dan merupakan warisan di berbagai kalangan maupun wilayah yang membuat sulit untuk diberantas. Apabila sekarang ini marak adanya judol (judi online) itu hanya sebuah metamorfosis saja dari permainan judi sebelumnya. Memang tidak mudah memberantas penyakit masyarakat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H