Setelah dikocok dan penutup dibuka, maka akan muncul simbol-simbol dari ketiga dadu pada permukaan atas. Para pemain tinggal menebak simbol-simbol dadu apa yang akan muncul pada permukaan atas.
Adik-adik Duryudana mencoba ikut main dengan memasang taruhan pada simbol-simbol tertentu. Setiap mereka memasang uang taruhan pada simbol dan setelah dadu dikocok keluar simbol sesuai tebakan, maka pemain mendapat hadiah sebesar uang taruhan.
 Jadi apabila mereka memasang uang satu kepeng pada simbol plus, dan dadu keluar simbol plus, maka uang taruhan diambil pemain ditambah satu kepeng dari bandar, jadi uangnya menjadi 2 kepeng. Apalagi bila mereka pasang di plus plus plus (+++) maka pemain mendapatkan 5 kali lipat uang taruhan.
Mahapatih Sengkuni segera meminta Yudistira dan Bima untuk bergabung ke arena itu dengan memasang taruhan kecil beberapa kepeng. Ternyata permainan ini tidak membutuhkan pemikiran njelimet seperti pada kartu ceki, cukup pasang, tunggu pembukaan dadu, dan menang, atau bisa jadi kalah. Di awal permainan mereka menang dengan mudah, entah karena kebetulan, atau karena mereka pintar.Â
Sengkuni tambah semangat memprovokasi kepada para pemain yang sedang berbahagia dengan kemenangan untuk memasang taruhan dengan uang lebih besar. Arjuna dan si kembar pun ikut bersemangat dan bergabung di arena itu.
Mulailah dijalankan trik dan intrik, akal bulus, untuk mengakali kepada para Pandawa. Paman Sengkuni menyarankan memasang taruhan besar, yakni istana kerajaaan sebagai taruhan. Bagi yang kalah harus menyerahkan istana kepada pemenang.Â
Entah sebab mabuk ciu atau tercampur dengan janji pemberian status hak milik tanh, bukan sekedar hak guna usaha saja, atau sebab kemenangan sebelumnya, Yudistira sepakat untuk mempertaruhkan istana Indraprasta. Namun apa daya, setelah dadu dibuka ternyata Yudistira kalah. Apa boleh buat istana yang masih baru dan sedang dalam pembangunan harus pindah tangan kepada Kurawa.
Berkat bujukan secara halus Arya Sengkuni, Yudistira tega menjadikan adik-adiknya sebagai taruhan. Ternyata, dia kalah dan terpaksa menyerahkan saudara-saudara kandungnya kepada Duryudana. Tidak berhenti di situ, Drupadi, istri Yudistira pun dipertaruhkan.Â
Duryudana mengutus Dursasana untuk menjemput Drupadi di apartemen tempat menginap untuk dijadikan taruhan. Apabila tebakan dadu Yudistira salah maka Drupadi harus membuka pakaian. Setelah dadu dibuka, rupanya tebakan salah, sehingga Drupadi harus membuka baju.Â
Dursasana menginginkan Drupadi membuka seluruh baju, namun dia tidak bersedia, sehingga terjadilah tarik-menarik antar keduanya sampai pakaian Drupadi sobek di sana-sini dan terbuka.
Sampai dengan akhir permainan, pihak Pandawa dalam keadaan habis-habisan, entek-entekan kata orang Jawa. Bagi Yudistira, mulai istana, istri, dan adik-adiknya sudah pindah kepemilikan ke tangan  Kurawa.