Mohon tunggu...
Wisnu Pitara
Wisnu Pitara Mohon Tunggu... Guru - Sekadar membaca saja

Sekadar berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pandawa Luput dari Pembakaran

29 September 2024   22:27 Diperbarui: 29 September 2024   22:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia tahu diri bahwa sebagai penyandang disabilitas akan cukup sulit untuk mengemban sebagai kepala pemerintahan. Untuk itu dia mengusulkan agar Pandu saja yang dinobatkan sebagai pengganti Abyasa. Raja pun setuju atas usul ini dan Pandu pun bersedia mengemban amanah menduduki tahta kerajaan Astina.

Namun, malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, Prabu Pandu melakukan kesalahan pada saat sedang menyalurkan hobinya berburu rusa di hutan. Secara tidak sengaja, anak panah beliau meluncur dan menewaskan sepasang rusa yang rupanya sedang memadu kasih. 

Perbuatan Pandu itu disaksikan oleh seorang kakek pecinta lingkungan yang tinggal di hutan itu. Ia memberi tahu kepada Pandu bahwa menurut kearifan lokal di daerah itu, sepasang rusa itu diyakini sebagai jenis hewan langka, apalagi sedang memadu kasih. Mereka tidak boleh atau pantang dibunuh.

Sepulang Pandu ke kerajaan, masih saja teringat kata-kata kakek-kakek di hutan pada saat berburu, bahwa dia telah membunuh sepasang rusa langka yang sedang kawin. Dia merasa sangat bersalah. Setelah mencoba melakukan beberapa hal untuk menghilangkan perasaan itu tidak berhasil, maka ia membuat keputusan untuk turun tahta dan menunjuk kakaknya, Drestarastra, untuk menggantikannya memegang kekuasaan. Dia beserta kedua istrinya, Kunti dan Madrim, hendak meninggalkan kota dan hidup di alam bebas yang jauh dari perkotaan.

Membangun Pesanggrahan  

Niat dan titah Prabu Drestarastra untuk mengembalikan tahta kepada turunan Pandu yang sudah menginjak dewasa, ternyata membuat putra-putra raja tidak senang. Timbul niat mereka untuk menghalangi maksud ayahnya itu dengan berbagai cara. Maksudnya agar tahta kerajaan tidak kembali kepada keturunan Pandu, namun kepada putra Drestarastra.

Duryudana mendiskusikan masalah itu dengan ketua dewan pertimbangan raja, Resi Durna. Ternyata ia mendukung bahwa yang berhak naik tahta adalah Duryudana sebagai anak sulung raja. Adapun pada waktu Pandu naik tahta, seharusnya Drestarastra sebagai anak lebih tua, namun ia tidak bersedia dinobatkan. Setelah Pandu maupun Drestarastra juga lengser, selayaknya putra Drestarastra yang lebih berhak menggantikan tahta.

Duryudana pun melobi mahapatih Arya Sengkuni untuk mendukung agar tahta jatuh ke tangannya bukan kepada Yudistira. Karena Resi Durna yang dianggap sebagai tetua kerajaan sudah setuju, maka Sengkuni ikut mendukung maksud itu.

Strategi jahat pun disusun dengan melibatkan adik-adik Duryudana dan didukung beberapa petinggi kerajaan. Berbagai usulan ditampung bagaimana strategi dan teknik yang harus dilakukan, sementara secara konstitusi sudah ada terobosan sesuai pendapat Resi Durna. Dari beberapa usulan yang disampaikan, mengemuka sebuah usulan yang dianggap paling masuk akal dan disepakati oleh semua yang hadir.

Dimulailah berbagai persiapan dan pekerjaan untuk menjalankan strategi bersama yang telah disepakati. Mereka secara diam-diam membangun sebuah kompleks pesanggrahan atau tempat peristirahatan, terdiri dari beberapa bangunan venue dan bungalow atau pondok-pondok. Di sekeliling kompleks dibuat benteng sedemikian rupa sebagai penghalang terhadap serangan binatang-binatang buas. 

Tidak terlalu luas, namun di dalamnya mengandung beberapa fasilitas yang cukup dan mampu menampung seluruh keluarga dari pangeran istana beserta beberapa pembesar kerajaan. Meskipun berlokasi di hutan dan dibuat secara senyap dan cepat, kompleks yang dihias berbagai pernak-pernik berwarna-warni nampak indah dipandang mata.

Untuk mengatasi tanah becek dihamparkan alas terbuat dari kayu-kayu hutan, sehingga tanah tidak mengotori kaki atau alas kaki saat berjalan. Hampir semua bangunan dibuat dengan bahan kayu yang mudah didapatkan dari hutan sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun