Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebelum kita masuk ke dalam penjelasan sirah nabawiyyah, ada hal penting yang perlu diketahui bahwa arti dari sirah adalah perjalanan hidup atau sejarah nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Selain itu, sebelum benar-benar memulai materi perlu kiranya kita ketahui terkait dengan manfaat mempelajari sirah nabawiyyah ini, yang diantaranya adalah sebabagi berikut:
Mengetahui pribadi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
Dengan mempelajari sirah nabawiyyah hal yang dapat dipetik darinya adalah kita dapat mengenal pribadi Nabi muhammad Shallallau Alaihi Wasallam, seperti suka-duka hidup Rasulullah, kesabaran Rasulullah dalam menjalani hidup dan lain sebagainya yang dapat kita contoh untuk menjlani hidup yang benar dan tenteram atas ridha Allah Taala. Hal tersebut dikarenakan dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana difirmankan oleh Allah Taala dalam al-Quran:
Artinya : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Raslullh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (QS. al-Ahzab : 21).
Walaupun ayat ini turun ketika di dalam keadaan perang Ahzb, akan tetapi hukumnya umum meliputi keadaan kapan saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu Katsr rahimahullah berkata tentang ayat ini, "Ayat yang mulia ini merupakan fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Ahzb, dalam kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau sampai hari Pembalasan". [Tafsir Ibnu Katsir, 6/391, penerbit: Daru Thayyibah]
Demikian juga Syaikh Abdur Rahmn bin Nshir as-Sa'di rahimahullah menjelaskan kaedah menaladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini dengan menyatakan, "Para Ulama ushul (fiqih) berdalil (menggunakan) dengan ayat ini untuk berhujjah dengan perbuatan-perbuatan Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa (hukum asal) umat beliau adalah meneladani (beliau) dalam semua hukum, kecuali perkara-perkara yang ditunjukkan oleh dalil syari'at sebagai kekhususan bagi beliau. Kemudian uswah (teladan) itu ada dua: uswah hasanah (teladan yang baik) dan uswah sayyi`ah (teladan yang buruk).
Uswah hasanah (teladan yang baik) ada pada diri Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena orang yang meneladani beliau adalah orang yang menapaki jalan yang akan menghantarkan menuju kemuliaan dari Allh Azza wa Jalla , dan itu adalah shirthl mustaqm (jalan yang lurus).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasaalam bersabda:
Artinya: "Semua umatku pasti akan masuk surga kecuali orang yang enggan." Para shahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?" Beliau menjawab, "Barangsiapa mentaatiku pasti masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan (tidak mau masuk surga, pent).". (HR. Al-Bukhari no.6851, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).