Pemandangan Eksotik
Memasuki Jembatan Biru yang memiliki lebar sekitar 2 meter itu, langsung diterpa angin rawa yang sejuk. Â Bau tanah rawa yang sedikit amis tercium sangat tajam. Â Kalau misal kita tidak bisa membau bauan itu, mungkin kita sedang terserang covid-19 yang membuat panca indra pembauan tidak berfungsi hehehe...
Menengok ke sebelah timur dapat dilihat kampung Cikal dan Jembatan Tuntang yang tidak pernah berhenti hilir mudik kendaraan ke arah Solo atau Semarang. Â Tanaman padi di tanah gambut tumbuh menghijau. Â Karamba-karamba didirikan di pinggir rawa. Â Nelayan dengan menggunakan perahu bermesin kecil, beberapa hilir mudik melewati bawah Jembatan Biru dari timur ke barat dan sebaliknya.
Menengok ke sebelah barat dapat dilihat air Rawa Pening yang menghampar. Â Beberapa tumpukan tanaman eceng gondok di tengah rawa. Â Nampaknya hasil dari pekerjaan pengumpulan enceng gondok atau bengok ini sebagai bagian pekerjaan pembersihan eceng gondok dari Rawa Pening ini.
Gugusan Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo yang berupa silhuet biru kehitaman seolah menatap air Rawa Pening yang tenang. Â Para pemancing ikan yang menggunakan branjang angkat di atas perahu yang sedang berlabuh, bersiul dengan lagunya Didi Kempot yang berjudul "Layang Kangen". Â Saya hafal lagu itu,"Layangmu wis tak tampa wingi kuwi, wis tak waca apa kareping atimu..." Â Ah, betapa indahnya hidup jika setiap orang mengerjakan pekerjaannya dengan hati gembira.
Cerita Horor Melihat Banaspati
Pada jembatan agak ujung, saya bertemu dan ngobrol dengan seorang anak muda yang sedang menggunakan branjang angkat atau ancho ini. Â Anak ini masih usia berkisar 16 tahun. Â Dia putus sekolah sejak kelas 2 SMP. Mengapa tidak sekolah? Saya bertanya. Â "Saya malas sekolah pak," jawabnya sambil sesekali mengungkit dan kembali mencelupkan jala branjangnya saat tidak mendapatkan ikan yang ia harapkan.
Saya bertanya perihal tanggapan orang tuanya atas keputusan anak muda ini tidak mau sekolah. Â Orang tuanya yang adalah nelayan dikatakan oleh anak muda itu tidak marah, terserah pada keputusan anak muda itu. Â Anak muda itu mempunyai seorang kakak laki-laki. Â Menurutnya, setelah kakaknya bosan kuliah di Bandung, pulang ke rumah dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan jamu yang berada di Kabupaten Semarang. Â Terbetik dalam hati saya, bagaimana kalau anak muda itu mengambil pendidikan dengan kejar paket? Â Bukankah pendidikan itu sangat penting, khususnya bagi anak muda untuk mempersiapkan masa depannya?