Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Digital Jadi Komoditas Politik?

1 Februari 2024   05:48 Diperbarui: 1 Februari 2024   05:51 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran saat melepas masker Paspampres (Tribunnews.com) 

Memang benar, semua warga negara memiliki harapan mendapatkan seorang pemimpin yang sempurna dalam berkata dan berperilaku sesuai dengan standar budaya ketimuran dan keyakinan agama.  Misal tidak 'mencla-mencle' tetapi berkata konsisten dari waktu ke waktu, tidak takut membela kebenaran meski arus partainya berlawanan dan lain-lain.  Tetapi adakah yang sesempurna seperti itu?  Menurut pengamatan saya sampai detik ini kok belum ada ya.

Namun kita berharap dan terus mendoakan, siapa pun nanti pemimpin yang terpilih dalam kontestasi pemilu, dalam perkataan dan perilaku akan atau sudah menuju kepada kesempurnaan itu.  Sehingga sesuatu yang dianggap sebuah 'kesalahan' di masa lalu soal perkataan dan perilaku tersebut dapat diperbaiki di masa kini dan di masa mendatang.  Sesuatu yang tidak kita ketahui adalah bahwa 'kesalahan' itu mungkin sudah mereka sadari dan telah mereka perbaiki, serta sudah ada komitmen kepada Sang Pencipta akan berbuat lebih baik lagi?  Serta sudah ada doa-doa dilantunkan kepada Sang Maha Pengampun sebagai rasa penyelasan mereka? Sementara itu kita masih dalam posisi tetap membenci dan memberi stigma negatif kepada mereka?

Tak Mau Sebar Kebencian

Sampai di sini saya kemudian berpikir, bahwa kiriman video yang sebatas menggambarkan saat Gibran melepas masker paspampres tanpa ada penjelasan kronologi peristiwanya adalah sekedar sarana supaya orang melihat Gibran dari sisi negatifnya  saja.  Mungkin lugasnya tersirat sebuah pertanyaan yang dilontarkan,"Maukah Anda, negara ini dipimpin oleh seorang yang arogan seperti ini?" 

Atas video ini, orang bisa membenci Gibran dan pastilah orang yang membenci tidak akan menjatuhkan pilihannya pada pemilu tanggal 14 Februari 2024 nanti  pada orang yang dibencinya.  Saya tidak memfokuskan soal menang kalahnya Gibran dalam pilpres mendatang, hanya dalam hati saya berfokus, pantaskah saya menyebarkan pesan supaya orang membenci seseorang?  Merasa nyamankah jika saya melihat efeknya kemudian orang saling membenci satu sama lain, sementara saat ini yang kita harapkan adalah bagaimana setiap orang bisa saling mengasihi dan menerima satu dengan yang lain apa adanya? Sory kali ini ya kawan, pesan WA tidak saya teruskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun