Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Digital Jadi Komoditas Politik?

1 Februari 2024   05:48 Diperbarui: 1 Februari 2024   05:51 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran saat melepas masker Paspampres (Tribunnews.com) 

"Tanggung jawab saya melindungi warga saya yang dipukul," kata dia, demikian seperti dikutip Kompas.com.

"Saya enggak terima warga saya digituin. Dia enggak salah kok. Paspampresnya juga dalam posisi tidak mengawal siapa-siapa," tambah dia.

Gibran mengaku telah memiliki bukti CCTV yang menunjukkan bahwa sopir truk tersebut tidak salah. "Sudah saya pegang videonya. Kejadiannya juga di dekat rumah saya," kata Gibran.

"Bayangno (bayangkan saja). Aku isin (malu) banget. Tugasku melindungi warga," imbuhnya.

Gorengan Politik

Terhadap jejak digital sikap Gibran melepas masker paspampres memang kontroversial.  Di satu sisi bisa dilihat ketegasannya sebagai seorang wali kota yang marah karena seorang aparat terhormat, paspampres, diyakini Gibran telah memukuli warganya.  Bagi para pendukungnya, jejak digital itu memberi kesan Gibran adalah seorang pemimpin yang tegas, tidak takut kepada siapa pun dalam menjalankan tugas sebagai wali kota.

Memang bisa disaksikan di video bagaimana Gibran dengan agak kesal dan muka marah saat melepas masker tersebut.  Oleh karena itu bagi orang-orang yang berseberangan dengannya maka jejak digital tersebut menjadi dasar penilaian bahwa Gibran adalah seorang pemimpin yang arogan dan tidak memiliki perasaan.  Nah itulah yang menurut saya saat ini hendak 'digoreng' demi kepentingan komoditas politik.  Pastilah yang sedang 'menggoreng' adalah pihak-pihak yang menjadi lawan politik Gibran saat ini.

 

Adakah yang Sempurna?

Jujur saja, saya saat melihat video Gibran membuka masker paspampres saya kaget dan menyayangkan sikap Gibran yang adalah putra Presiden Joko Widodo.  Dalam pikiran saya sebagai orang yang nyaris mendekati usia 60 tahun serta hidup dalam framing budaya supaya hidup rendah hati serta mengasihi dan mengutamakan sesama, saya bertanya dalam hati,"Apakah tidak ada cara lain saat Gibran melepas masker paspampres tersebut dengan cara yang lebih halus dan bijaksana?"

Tetapi saya juga kemudian tercenung berpikir bahwa Gibran ini masih 36 tahun, orang muda yang berkobar-kobar dalam menjalankan tugasnya sebagai wali kota.  Melindungi warga Solo adalah menjadi acuan tugas utamanya.  Sehingga kemudian yang terjadi, jika dilihat hanya sepotong scene saja, tanpa melihat konteks dan kronologinya, ya seperti itulah, Gibran terlihat seolah arogan, kasar dan sombong.  Sikap-sikap yang tidak diharapkan oleh masyarakat terhadap seorang pemimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun