Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejahatan Klitih, Saatnya Jogja Kita Tinggalkan?

5 April 2022   08:33 Diperbarui: 5 April 2022   20:12 2541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karenanya menurut Arie dibutuhkan keterlibatan berbagai elemen masyarakat untuk mengatasi kejahatan klitih itu.

Pihak kepolisian menurut Arie memiliki keterbatasan karena polisi pendekatannya secara hukum. Jadi kepolisian mengalami kesulitan mengatasi masalah kejahatan yang melibatkan para remaja ini?

Hipnotis Jogja

Saya pernah selama 12 tahun tinggal di daerah Kalasan kabupaten Sleman DIY, dari tahun 1990-2002. Saya kuliah dan mengajar di Universitas Kristen Immanuel dan Sekolah Tinggi Teologia Injili di daerah Kalasan Jogja.

Saat itu di tahun 1997 hingga tahun 2000 saya mengambil pelajaran pedhalangan di sekolah pedhalangan Habirandha ndalem Pracimasono kraton Jogja. Pelajaran pedhalangan tersebut diselenggarakan sore hingga malam hari 2-3 kali selama satu minggu.

Hal ini yang membuat saya sering keluar dan pulang malam untuk kegiatan ini. Kadang bersama beberapa teman kami masih mampir di seorang guru, Ki Cermo Sutejo yang memiliki rumah di Gedongkuning Bantul. Sehingga kadang sampai agak larut malam pulang ke rumah. 

Namun saat itu belum terdengar kejahatan klitih ini. Baru terdengar kejahatan klitih beberapa tahun terakhir ini. Dan ini sangat memperihatinkan.

Seorang teman masih muda, saat kuliah di Jogja, tengah malam juga pernah berpapasan dengan dua orang remaja menuju ke arah selokan mataram, berboncengan di mana remaja yang membonceng itu membawa pedang mengkilat.

Untung saja remaja tersebut tidak melakukan kejahatan terhadapnya, mungkin jalanan di sekitar ring road tempat ia membonceng motor masih relatif ramai kendaraan. Dalam tempat-tempat yang sepi di waktu dini hari, pelaku klitih ini memangsa korbannya. 

Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jogja saat menemui Panglima TN Jendral Andika Perkasa mengungkapkan kecurigaannya bahwa kejahatan klitih ini kemungkinan disengaja dibesar-besarkan oleh sekelompok orang tertentu, by design kata Sultan, dengan maksud memberikan stigma negatif terhadap Jogja sebagai kota yang aman dan nyaman. (kompas.com 2/1/2021).

Tetapi bagaimana pun penjelasan Sultan dan pemerintah DIY terhadap kejahatan klitih ini, kenyataannya kejahatan klitih kembali memakan korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun