Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejahatan Klitih, Saatnya Jogja Kita Tinggalkan?

5 April 2022   08:33 Diperbarui: 5 April 2022   20:12 2541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pengertian orang Jawa secara umum, kata "klitih" adalah aktivitas jalan-jalan, mencari angin atau keluyuran. Dalam perkembangan kejahatan yang dilakukan oleh remaja di Jogja ini, maka kata "klitih" dikenakan.

Suprapto, seorang Kriminolog yang sebelumnya bergabung di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, kepada Tirto.id mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan penggunaan kata klitih untuk mendefinisikan kejahatan di jalanan.

"Kejahatan jalanan itu beda dengan klitih. Jangan menyebut klitih karena klitih sendiri berarti aktifitas positif yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. Sayangnya ini kemudian diadaptasi pelajar atau remaja untuk kegiatan mencari musuh." ujarnya (tirto.id 28/12/2021).

Tagar #JogjaTidakAman# Klitih#SriSultanYogyaDaruratKlitih#

Di jagad twitter, di tahun 2021 pernah beredar tagar #JogjaTidakAman# Klitih#SriSultanYogyaDaruratKlitih#.

Hal ini menunjukkan perhatian masyarakat terhadap kejahatan yang dilakukan sekelompok remaja di Jogja ini sudah sangat mengkhawatirkan. Para orangtua yang menyekolahkan anak di Jogja pasti semua mengalami kekhawatiran yang sama.

Semula orangtua bangga karena anaknya bisa sekolah atau kuliah di kota Jogja yang mendapat julukan sebagai Kota Pelajar. Tetapi menunjuk keamanan kota Jogja beberapa tahun terakhir ini, orangtua merasa cemas dengan keberadaan anak mereka di Jogja.

Terhadap anak saya yang saat ini sedang menyelesaikan studi akhir di Universitas Negeri Yogyakarta, saya berpesan supaya jangan keluar sampai larut malam karena adanya kejahatan klitih.

Saya berkali-kali berpesan seperti itu karena kebetulan dia mengambil program studi seni rupa, yang kadang-kadang mahasiswa bidang itu harus keluar malam untuk proses kreatif lukisan yang sedang mereka kerjakan atau kepentingan lain seperti pameran seni rupa yang mereka selenggarakan, seperti yang dikerjakan anak saya dan teman-temannya berpameran di Taman Budaya Yogyakarta saat ini.

Terhadap kejahatan klitih ini, menurut seorang dosen sosiologi Arie Sujito, sebagaimana yang dikutip oleh tirto.id menyebutkan bahwa kejahatan klitih ini merupakan regenerasi kejahatan-kejahatan sebelumnya.

"Ini terjadi regenerasi kasus dan reproduksi. Dulu terjadi karena sentimen kelompok, tapi sekarang polanya bergeser. Banyak orang hanya iseng, orang baru belanja disikat, cuma gaya-gaya. Polanya ini tidak bisa kita mendiagnosis seperti dulu," demikian ujar Arie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun