Mohon tunggu...
Sutriyadi
Sutriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Pengangguran

Sekali hidup hidup sekali

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mendusta dengan Semiotik

10 Januari 2021   06:38 Diperbarui: 14 Januari 2021   04:14 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, hiper atau melebih-lebihkan. Contoh dalam sebuah headline berita banyak kita jumpai berbagai macam narasi yang memiliki konotasi atau kalimat yang begitu memancing perhatian dan bahkan menguras emosi. Hal itu disengaja dibuat sedemikian rupa agar pembaca penasaran atau menyusupkan pesan dan ideologi kolektif.

Kita harus cermat melihat motif yang demikian. Bisa jadi ia hanya mengejar rating (viewer) karena alasan ini masuk akal sekali. Atau jangan-jangan ada maksud lain. Untuk membedah dan ingin mengetahui maksud yang sebenarnya, kita dapat menggunakan alat berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana berikut:

Dia mengatakan seperti itu kenapa ya?
Dia hidup di lingkungan yang bagaimana?
Pola pikir teman-temannya bagaimana?
Ideologi (kalau orang tersebut punya fanatisme) partai politik atau organisasinya seperti apa?
Ia berdiri sebagai koalisi atau oposisi?
Sejarah atau perjalanan hidupnya bagaimana?
Ia bicara begitu di mana?
Latar belakang pendidikannya seperti apa?

Pertanyaan-pertanyaan singkat di atas bisa kita kembangkan lebih luas lagi. Sehingga kita akan menemukan petanda atau maksud dan tujuan yang lebih jernih dan tepat. Pada akhirnya kita menyimpulkan jawaban:

"Oh! Iya ya. Dia kan masih saudara atau temannya si Anu, teman-temannya kan begitu semua. Lha, dia kan partainya B jadi wajar ia mengatakan bahwa partai B bagus atau partai B tidak bagus. Ya, kan, acaranya begitu, ditonton orang banyak, jadi harus demikian. Dia sekolah di sana pantas dia …."

Karena hal ini bergerak di bidang retorika maka kita harus punya pembanding. Diksi yang ia gunakan harus kita ukur apakan berlebihan atau biasa saja atau merendahkan diri seolah-olah sebagai korban atau sebaliknya menggiring otak kita untuk menyimpulkan bahwa orang lain adalah penindas.

Mari kita bandingkan judul berita di bawah ini:

a. Tidak Tahan Melihat Rok Mini, Jono Akhirnya Perkosa Anib

b Pulang Malam, Ani Disekap lalu Diperkosa

c. Jono Memerkosa Ani

d. Ani Diperkosa Jono

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun