Susah payah kami berjalan dengan merangkak pelan. Tak bisa berdiri tegak, karena lewat semacam terowongan pohon pimpiang. Hampir satu jam berjalan merangkak begini. Otot kaki tegang dan terasa mau keram.
Kami terus berjalan supaya tak makin kedinginan. Terus berjalan pelan. Makin lama makin terasa letih. Jalur terasa terus menanjak tak ada habisnya.
Setelah total tiga jam berjalan, keletihan makin menjadi. Sendi kaki mulai terasa ngilu. Hanya obrolan sepanjang jalan sebagai penghiburan. Saat lain kami berjalan dalam diam. Sepi.
Di jalan kami tak ketemu pendaki lain, sangat mungkin hanya grup kami yang mendaki gunung Singgalang hari ini.
Di tengah rimba yang lebat dan lembab, malam makin pekat. Kami terus berjalan. Dengan penerangan obor bambu pakai minyak tanah, kaki kami berderap menginjak jalan licin dengan akar melintang di sana sini.
Mendekati waktu Subuh kami sampai di area bernama cadas. Di sini ada area datar untuk tempat mendirikan beberapa tenda, tapi tak ada tenda pendaki waktu itu. Sejenak kami istirahat di sini.
Tak berapa lama kami mulai menggigil kedinginan. Gejala hipotermia. "Kita lanjut?" Seorang kawan mengusulkan lanjut berjalan karena puncak telaga Dewi tak jauh lagi, sekitar setengah jam perjalanan.
"Sebelum berjala kita isi perut dulu ya," kataku sambil mengeluarkan bungkusan. Ternyata tinggal tersisa roti gabin kering yang kemudian kubagi rata. Itulah stok makanan terakhir.
Setengah jam setelah melanjutkan perjalanan dari cadas, sampailah kami di telaga Dewi. Sekitar pukul 07.00 Wib. Tak ada pendaki lain di sekitar Telaga Dewi kecuali grup kami.