Wujudnya kongkritnya: perwakilan ABRI di parlemen dihapus, ABRI diubah TNI, TNI-POLRI dipisah, dan konsep reformasi internal TNI dibuat dan dijalankan agar sesuai dengan semangat Reformasi. TNI dibawah kendali kekuatan sipil sepenuhnya.
Saat itulah masa-masa TNI begitu menarik simpati rakyat. Apalagi TNI terbilang berhasil mereformasi internalnya, termasuk memberantas korupsi. Citra positif TNI melambung tinggi.
Pemerintahan silih berganti. Saat Joko Widodo menjabat presiden, Jenderal Gatot Nurmantyo diangkat menjadi Panglima TNI.
Sekalipun ada tradisi sejak era presiden sebelumnya (Abdurrahman Wahid), jabatan Panglima TNI digilir antar angkatan dan saat itu bukan giliran TNI AD tempat Jenderal Gatot Nurmantyo mengabdi, melainkan giliran TNI AU.
Namun, atas dasar hitungan politik presiden Jokowi untuk memperkuat posisinya, maka diterabaslah tradisi itu. Jenderal Gatot ditunjuk sebagai Panglima TNI.
Pada tahun awal masa jabatannya, Jenderal Gatot nampak sangat loyal pada presiden. Belakangan, Jenderal Gatot mulai jadi sosok kontroversial, seolah tak tahu terima kasih.
Semua berawal di tahun politik menuju pilpres 2019, mulai terlihat akhir 2016, Jenderal Gatot mulai sangat kuat tendensinya menggunakan politik asosiatif pada kalangan Islam politik.Â
Pada Demo 212, misalnya, Jenderal Gatot memakai kopiah putih. Di medsos mengalir pujian "tokoh 212" bukan berkopiah hitam, tapi berkopiah putih. Pendapat ini makin kuat bila mengikuti manuver-manuver Jenderal Gatot berikutnya.
Barangkali asumsinya, jika hendak mendapatkan kekuasaan pasca jadi Panglima TNI, maka dekatilah kalangan Islam sebagai pemilih mayoritas di Indonesia. Hal yang diyakini secara tradisi oleh kalangan "TNI Hijau", seperti juga Letjen (Purn) Prabowo Subianto, yang rupanya baru ketahuan diikuti pula Jenderal Gatot.
Makin ke sini, manuver politik Jenderal Gatot makin vulgar. Padahal, Pasal 39 UU No 34/2004 tentang TNI tegas menyebut anggota TNI dilarang terlibat dalam kegiatan politik praktis.
Nyatanya, Jenderal Gatot hadir pakai seragam TNI lengkap di dalam acara partai PKS. Telah dua kali Jenderal Gatot hadir dalam acara PKS. Sulit mengatakan peristiwa ini bukan kegiatan politik praktis.