“Hampir di seluruh Indonesia, ada kesalahan dalam mendefinisikan pangan sehat untuk keluarga. Banyak dari mereka hanya ingin yang simple saja, masak mie instan. Padahal mereka adalah pembudidaya udang bahkansesekali dapat ikan dari laut” Ujar Erna.
Panjang perjalanan advokasi yang telah ditempuh oleh petambak Bumi Dipasena telah mendorong Erna Leka mulai melirik potensi yang dimiliki di Bumi Dipasena. Salah satunya adalah potensi pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan petambak, yaitu membuat kerupuk, camilan tradisional dan kerajinan tangan.
Hal inilah yang membuat Erna mulai mendorong perempuan petambak di Bumi Dipasena untuk berkreasi dan memilikiekonomi alternatif lain selain berbudidaya udang. Sepanjang 2016, lebih dari 248 perempuan petambak mulai bergabung dalam kelompok-kelompok di bawah payung PPNI. Lebih dari 30 produk panganan berbahan dasar ikan, udang dan pangan lokal telah dihasilkan oleh perempuan pembudidaya.
Produk-produk yang dihasilkan bukan hanya dapat dikonsumsi oleh keluarga pembudidaya, namun juga mulai dipasarkan di Pasar Rawajitu, Tulang Bawang, Lampung. Pemasaran produk telah mencapai meja gubernur Tulang Bawang, hal ini merupakan salah satu upaya Erna dalam memperkenalkan potensi yang dimiliki oleh Bumi Dipasena.
Erna menambahkan “Pengetahuan perempuan itu banyak dan kreatif, namun wadahnya kurang untuk menaungi hal tersebut. Oleh karena itu, saya menggerakkan perempuan pembudidaya untuk memastikan keluarga di rumahnya tidak kekurangan pangan bergizi. Tidak perlu yang instan-instan, yang sederhana tapi sehat itu lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H