Mohon tunggu...
Gui Susan
Gui Susan Mohon Tunggu... lainnya -

Pencinta buku, seorang ibu dari Fadhlur Rahman Al Kautsar dan anak dari Gui Hok Yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Erna Leka, Melawan Kegelapan di Bumi Dipasena

28 Oktober 2016   10:02 Diperbarui: 28 Oktober 2016   10:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir di seluruh Indonesia, ada kesalahan dalam mendefinisikan pangan sehat untuk keluarga. Banyak dari mereka hanya ingin yang simple saja, masak mie instan. Padahal mereka adalah pembudidaya udang bahkansesekali dapat ikan dari laut Ujar Erna. 

Panjang perjalanan advokasi yang telah ditempuh oleh petambak Bumi Dipasena telah mendorong Erna Leka mulai melirik potensi yang dimiliki di Bumi Dipasena. Salah satunya adalah potensi pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan petambak, yaitu membuat kerupuk,  camilan tradisional dan kerajinan tangan. 

Hal inilah yang membuat Erna mulai mendorong perempuan petambak di Bumi Dipasena untuk berkreasi dan memilikiekonomi alternatif lain selain berbudidaya udang. Sepanjang 2016, lebih dari 248 perempuan petambak mulai bergabung dalam kelompok-kelompok di bawah payung PPNI. Lebih dari 30 produk panganan berbahan dasar ikan, udang dan pangan lokal telah dihasilkan oleh perempuan pembudidaya. 

Produk-produk yang dihasilkan bukan hanya dapat dikonsumsi oleh keluarga pembudidaya, namun juga mulai dipasarkan di Pasar Rawajitu, Tulang Bawang, Lampung. Pemasaran produk telah mencapai meja gubernur Tulang Bawang, hal ini merupakan salah satu upaya Erna dalam memperkenalkan potensi yang dimiliki oleh Bumi Dipasena. 

Erna menambahkan Pengetahuan perempuan itu banyak dan kreatif, namun wadahnya kurang untuk menaungi hal tersebut. Oleh karena itu, saya menggerakkan perempuan pembudidaya untuk memastikan keluarga di rumahnya tidak kekurangan pangan bergizi. Tidak perlu yang instan-instan, yang sederhana tapi sehat itu lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun