Mohon tunggu...
SURI MEYLINDA RIZALTI
SURI MEYLINDA RIZALTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MERCU BUANA

SURI MEYLINDA RIZALTI // NIM : 43220010120 // AKUNTANSI // DOSEN : APOLLO, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Teori Akuntansi Pendekatan Umberto Eco

21 Mei 2022   01:22 Diperbarui: 21 Mei 2022   01:25 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama              : Suri Meylinda Rizalti

NIM                 : 43220010120

Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Kelas               : CU-116

Dosen             : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

TEORI AKUNTANSI PENDEKATAN SEMIOTIK UMBERTO ECO

Profile Umberto Eco :

Umberto Eco merupakan seorang filosofer, penulis essay, ahli semiotic, pengkritik karya sastra dan seorang penulis novel yang lahir pada tanggal 5 Januari 1931. Beliau wafat pada tanggal 19 Februari 2016. Umberto Eco menyatakan semiotic sebagai sebuah tanda konveksi sosial, yang mana, tanda itu dapat terbangun di dalam tanda itu sendiri dan dianggap sebagai sebuah simtamologi dan diagnostic infersal. Umberto Eco juga merupakan pendiri Dipartimento di Comunicazione di University of San Marino, Presiden Scuola Superiore di Studi Umanistici University of Bologna dan dosen honorer di University of Oxford.

Karya-Karya yang telah dihasilkan :

Semasa hidupnya, Umberto Eco banyak menulis buku akademik tentang semantic serta menulis essay. Bahkan, Umberto Eco juga menulis banyak novel serta buku untuk anak-anak. Beberapa judul buku yang dikenal ialah : The Name of The Rose yang merupakan sebuah novel fiksi tentang investigasi pembunuhan misterius; kemudian ada Foucault's Pendulum yang juga merupakan sebuah novel fiksi tentang tuga orang karyawan yang terancam bahaya karena teori konspirasi buat mereka; lalu ada Numero Zero yang berisi tentang kritik akan jurnalisme moderns; Kant and the Platypus, sebuah buku akademik tentang bagaimana kata dan Bahasa bekerja; serta how to travel with Salmon yang berisi essay-essay humor.

Meskipun Umberto Eco sudah tidak lagi berada diantara kita, namun teori-teori yang dihasilkan akan tetap berguna dan sangat membantu akademisi lainnya untuk mengetahui lebih banyak tentang ilmu semantic yang sangatlah dibutuhkan dalam ranah linguistic atau kajian Bahasa. Selain itu, karya-karya literaturnya juga dapat menambah minat membaca karya tulis, bukan hanya milik Umberto Eco saja, namun juga karya tulis lainnya.

Pemikiran-Pemikiran Umberto Eco :

Umberto Eco memiliki teori semantic yang membahas mengenai semantic dalam filosofi bahasa. Teori semantic Umberto Eco didasari dengan teori oleh Saussure, namun tidak terstruktur dengan tipologi tanda, melainkan terstruktur dengan klasifikasi cara produksi tanda. Teori semantic Umberto Eco berisikan hubungan antara semantic teori dengan persepsi filosofis, pengetahuan dan interprestasi.

Umberto Eco juga berkeinginan untuk mengetahui kemungkinan teoritikal dan fungsi sosial dari fenomena signifikasi (penandaan) dan juga komunikasi. Tujuan dari hal ini ialah untuk membangun teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fungsi semantic yang bergantung pada kode atau kombinasinya tiap kali ada fenomena umum akan signifikasi dan komunikasi. Teori semantic Eco meninjau fenomena dari sudut pandang ilmu pengetahuan, namun bisa ditambahkan ke dalam tiap fenomena komunikasi dan penandaan yang ada. Teori semantic yang dihasilkan oleh Umberto Eco berasal dari revisi serta formalisasi yang berasal dari studinya tentang semantic sebelumnya. Teori semantiknya mencakup fenomena semantic serta fenomena kultural.

Kemudian, terdapat dua teori yang saling berintegrasi dan menjadikan teori semantic Umberto Eco sebagai teori semantic kompleks, antara lain :

1. Teori Produksi : Dalam teori produksi, tanda oleh Eco mencakup berbagai macam fenomena semantic. Teori produksi tanda yang dikembangkan ini mencakup banyak tanda dan memasukkan banyak fenomena kultural sebagai system tanda yang membentuk kode, sehingga cakupan teorinya lebih luas dari teori produksi tanda yang berasal dari ahli lainnya.

2. Teori Kode : Teori kode oleh Eco menggunakan teori dari Louis Hjelmslev, dimana teori semantiknya berdasarkan pada logika yang dianggap berada dalam tiap Bahasa. Eco juga menambahkan konteks teoritikal yang berbeda serta artikulasi dengan level yang juga berbeda. Serta dalam teori kode ini, Eco mencoba untuk menyesuaikan tiap kode sehingga valid antara satu sama lainnya dengan fungsi semantic.

Teori semantic kompleks ini kemudian akan memberikan pandangan bahwa semantic adalah salah satu disiplin ilmu yang menjadi sumber filosoif dan kesatuan epistemology akan proyek teoritis Eco. Semantik juga digunakan dalam unit kultural. Oleh Eco, setiap entitas kultural merupakan tanda semantic. Tetapi tanda-tanda tersebut tidak boleh dipelajari secara abstrak karena bagi Eco pendekatan semantic pada dasarnya berada di bawah prinsip ketidakpastian.

Dari beberapa asumsi metodologi yang dikemukakan Eco, didapatkan bahwa : makna adalah unit kultural; unit-unit ini bisa diisolasi karena interprestasi berdasarkan budaya yang ada; studi tentang tanda dalam suatu budaya dapat digunakan untuk menjelaskan hakikat dari interpretan dengan melihat melalui system poisi dan oposisi; Bidang semantic dapat digunakan untuk menjelaskan oposisi yang signifikan.

Kemudian Pada dasarnya, proses semiotika secara umum, yang mencakup proses semiotika signifikasi dan semiotika komunikasi dilandaskan pada sebuah proses yang tidak berkesudahan, yaitu proses semiosis, sehingga semiosis tidak bisa menjadi inti dalam semiotika. Semiosis menjadi dasar semiotika karena dapat menuntun pembaca tanda untuk menemukan sebuah arah kebenaran yang lebih rasional. Akan tetapi, perlu dibayangkan, bahwa di dalam semiotika kita tidak akan pernah menemukan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri sebagai jalan keluarnya. Dapat dibayangkan, bahwa saat satu kode berhasil terpecahkan, maka kemudian kita akan dihadapkan Kembali pada kode lainnya yang siap untuk dipecahkan dan proses tersebut tidak akan pernah berhenti.

Semiotika Komunikasi

1. Tanda Semiotis

Permasalahan tanda adalah permasalahan dasar semiotika yang cukup kompleks. Hal ini disebabkan karena semiotika umum memiliki pendekatan antara tanda dan semiosis, padahal keduanya tidak pernah dapat disamakan atau didamaikan. Umberto Eco berusaha untuk melakukan dekontruksi pada permasalahan pemaknaan tanda secara umum yang lebih mengacu pada relasi pasangan petanda dan penanda, padahal permasalahan tanda itu bukanlah permasalahan semiosis ke dalam tiga subjek, yaitu tanda, objeknya dan interpretannya. Dekontruksi permasalahan tanda dapat dimengerti melalui pengertian dasarnya. Eco memulai dekontruksinya pada permasalahan tanda karena selalu berada dalam elemen di ranah ekspresi, yang kemudian berdasarkan konvensi dapat dikaitkan ke dalam elemen ranah. Ini berarti, dalam melihat tanda pembaca harus sudah mengetahui kestabilan sebuah tanda, padahal disini sama sekali belum terjadi proses semiosis. Korelasi itu ternyata cocok dengan definisi Saussure yang menyatakan bahwa suatu tanda adalah korespondensi antara penanda dan tanda. Pada dasarnya, semiotika hanya menginginkan suatu wacana tanda yang lebih sempit dalam proses semiosis. Sebenarnya, semiotika sudah memudahkan kita untuk mengerti tentang tanda melalui sebuah foro atau alur mekanis dalam semiosis. Hal itu dapat membantu dalam melihat citra yang sebenarnya adalah 'representasi' dari kumpulan titik hitam dan putih yang tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis horizontal tak punya arti, berada di antara kehadiran dan ketidakhadiran, serta memiliki intensitas posisi dan kromatis.

2. Objek Semiotis

Dalam memahami peran dan posisi dari objek, terdapat dua cara yang bisa digunakan yaitu melalui konsep Sinn (Sense; Makna) dan Bedeutung (Reference; Referensi). Konsep Sinn dimaksudkan sebagai cara untuk memandang suatu isi melalui konvensi kultural. Sedangkan konsep Bedeutung dipahami sebagai 'tipe' objek yang real dan actual, yang mana itu dirujuk oleh tanda, sehingga Bedeutung merupakan sebuah isi dari sebuah penandaan.

3. Interpretan Relasi

Dalam interpretan relasi antara tanda dan objek memunculkan suatu 'ruang' untuk melakukan pemaknaan, yang mana ide dari pemaknaannya disebut sebagai interpretan. Namun sayangnya, banyak orang yang menyamakan konsep interpretan sebagai penginterpresrasi atau orang yang menerima pesan, padahal tanpa adanya penginterprestasi, interpretan akan tetap ada untuk menjamin validitas data. Definisi interpretan menurut Umberto Eco yakni interpretan merupakan sebuah property intensional dari sebuah 'isi yang sudah terkodekan' sehingga dapat diartikan juga sebagai respons dari perilaku kebiasaan yang ditentukan dalam sebuah tanda. Karena itu, interpretan juga dapat memproduksi sebuah tanda baru. Kemudian, proses semiotis itu memiliki hubungan yang erat dengan sistem semantic dalam filsafat bahasa. Proses semiotis, khususnya melalui konsep pemikiran Eco adalah pembacaan tanda yang didasarkan pada unit-unit kulturan, sehingga kita harus mengetahui bagaimana permasalahan proses semiotis pada permasalahan semantic.

Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua hal yang menggaris bawahi semiotika filosofis Umberto Eco.

Pertama adalah proses semiosis yang menjadi landasan dari cara kerja semiotika, sehingga tanpa proses semiosis, semiotika tidak akan pernah ada. Semiosis menjadi dasar dari semiotika karena dapat menuntut para pembaca tanda untuk menemukan sebuah arah kebenaran yang lebih rasional. Akan tetapi, kita tetap harus membayangkan bahwa di dalam semiotika, kita tidak akan pernah menemukan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri sebagai jalan keluarnya.

Kedua adalah unit-unit kultural, yang mana, unit-unit kultural tersebut akan menjadi landasan dasar dari proses semiosis. Tanpa unit-unit kulturan, pembaca disyaratkan tidak akan  pernah membaca isi dari sebuah ekspresi tanda. Oleh karena itu, kita tidak bisa, tidak terseret pada pembacaan suatu tanda yang disandarkan pada entitas kultural. Unit-unit kultural yang Eco ajukan tidak akan pernah lepas dari teks yang menggunakan simbol-simbol bahasa.

what-i-6287d532bb44866cdf01c862.jpg
what-i-6287d532bb44866cdf01c862.jpg
What -- "Apa yang dimaksud dengan Teori Laporan Keuangan sebagai tanda atau Ilmu Semiotika menurut Umberto Eco?"

Pengertian Teori Semiotika

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Konsep tanda ini melihat bahwa makna muncul Ketika terdapat hubungan yang bersifat asosiasi antara yang ditandai (signified) dengan yang menandai (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah "bunyi yang bermakna" atau "coretan yang bermakna". Semiotika juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), fungsi tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang bertalian atau berhubungan dengan tanda. Dengan kata lain, pengertian semiotic (tanda, pemaknaan, denotatum dan interpretan) dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan ada persyaratan yang dipenuhi yakni ada arti yang diberikan, ada pemaknaan dan ada interprestasi.

Selanjutnya ialah pengertian semiotika secera etimologis dan terminology.

Etimologis : Menurut etimologis, semiotic berasal dari kata Yunani "semeion" yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, serta dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Terminologis : Menurut terminologis, semiotic dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Pengertian Teori Semiotika menurut Umberto Eco

Umberto Eco menyatakan bahwa semiotic sebagai sebuah tanda konveksi sosial, dimana tanda itu dapat terbangun dari tanda itu sendiri dan yang dianggap sebagai simtamologi dan diagnostic infersal. Semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai suatu 'kebohongan', karena dalam suatu tanda, terdapat sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.

Pengertian Teori Laporan Keuangan sebagai Tanda atau Ilmu Semiotika

  • Tanda : Dianggap mewakili sesuatu yang lain.
  • Tanda : Sesuatu yang terbangun atas dasar konvensi sosial atau kesepakatan, kebudayaan dan kehidupan yang terbangun sebelumya.

Semiotika Umberto Eco merupakan semiotika kontemporer yang mengintegrasikan teori-teori semiotika sebelumnya, dimana semiotika ini memiliki sifat elektif komprehensif. Oleh karena itu, semiotika Umberto Eco mengkaji sesuatu secara lebih medalam. Kemudian dalam pengertian ilmu, semiotika adalah sebuah ilmu penanda yang dianggap dapat mewakili sesuatu. Ilmu semiotika adalah sebuah ilmu tentang komunikasi bentuk Pragmatisme. Pragmatisme merupakan teori produksi yang berhubungan dengan kode gejala nilai guna komunikasi kepada pemakai sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Lalu bagaimana refleksi antara teori laporan keuangan sebagai tanda atau ilmu semiotika?

Jika dijabarkan lebih lanjut, Ilmu semiotika ini dapat menjadi acuan dalam menjelaskan maupun memberikan tanda sebagai sebuah bentuk komunikasi yang didalamnya terdapat informasi-informasi mengenai laporan keuangan yang ditujukan kepada para pemakai laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban. Para pemakai laporan keuangan ialah orang-orang yang menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pengguna laporan keuangan meliputi : investor sekarang dan investor potensial, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, para karyawan, serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Dalam teori laporan keuangan ini dijelaskan bahwa laporan keuangan berisikan sebuah informasi yang didalamnya mengandung tanda dan makna yang bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan. Tanda yang dihasilkan bisa berupa informasi yang dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam melanjutkan proses bisnisnya maupun dalam menghasilkan sebuah keputusan.

Aspek Tataran Semiotika

Aspek tataran semiotika akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai sarana komunikasi bisnis, sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis (the language of business). Bahasa merupakan bagian penting dalam komunikasi. Pesan atau makna yang ada dibenak pengirim disimbolkan dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat, agar makna tersebut ditafsirkan sama persis seperti yang dimaksudkan.

Semiotika akuntansi merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan symbol dan tanda bahasa atau representasi simbolik yang digunakan untuk menghasilkan makna atas realitas tertentu yang dibentuk di dalam akuntansi itu sendiri.

Tataran semiotika menunjukkan bahwa perekayasa akuntansi berteori pada tiga (3) tataran, yaitu tataran semantic, tataran sintaksis dan tataran pragmatic dalam rangka menghasilkan suatu struktur pelaporan keuangan dalam negara tertentu.

  • Semantik : Kata semantic berasal dari Bahasa Yunani yaitu "sema" yang artinya tanda atau lambing (sign). Semantic dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis Bahasa : fonologi, gramatika dan semantic.
  • Sintaksis : Kata Sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = "dengan" + tattein = "menempatkan"). Sehinga, kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan kata-kata secara bersama-sama menjadi suatu kelompok kata atau kalimat. Kemudia menurut Ramlan (1981:1) "Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu Bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase."
  • Pragmatik : Pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda Bahasa dan cara tanda Bahasa itu diinterprestasikan. Yang dimaksud orang menurut denifisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.

Kemudian, apakah hubungan tiga tataran semantic, sintaksis dan pragmatic diatas pada tataran semiotika ?

1. Hubungan semiotic dengan sintaksis

Semiotik sintaksis menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan 'makna' nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek. Semiotic sintaksis ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang menginterprestasikan. Dalam bahasam semiotic sintaksis merupakan tinjauan tentang perwujudan Bahasa sebagai panduan dan kombinari dari berbagai system tanda. Perwujudan Bahasa akan dapat diuraikan secara komposisional dan kedalam bagian-bagiannya, serta hubungan antar bagian dalamnya.

Contoh : Teks dan tabel dalam laporan keuangan merupakan dua system tanda yang berlainan. Akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan laporan keuangan yang baik dan informatif.

2. Hubungan Semiotik dengan Sematic

Semiotik dengan sematic menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan 'arti' yang disampaikan. Semiotik semantic merupakan tinjauan tentang system tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Dalam Bahasa, semiotic semantic merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut kemudian akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pendengarnya. Perwujudan makna suatu Bahasa dapat dikatakan berhasil jika suatu makna atau arti yang ingin disampaikan oleh penuturnnya melalui kalimatnya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya.

Contoh :

Sebuah ambulan yang meluncur di jalan raya yang menyembunyikan sirine dengan lampu merah berputar-pitar berarti menandakan ada orang celaka yang harus segera dilarikan ke rumah sakit. Tafsiran tanda ini berbeda jika sisrine itu berasal dari mobil polisi yang melaju di depan rombongan pembesar, karena sirine itu berarti menandakan bahwa ada pembesar yang lewat entah itu Menteri atau presiden. Begitu pula sirine yang disertai lampu merah yang berputar-putar, berarti memiliki perbedaan tafsiran jika hal itu berasal dari mobil pemadam kebakaran.

3. Hubungan Semiotik dengan Pragmatik

Semiotik pragmatic menguraikan tentang asal usul tanda. Kegunaan tanda oleh yang menerapkannya serta efek tanda bagi yang menginterprestasikannya dalam batas perilaku subjek. Dalam Bahasa, semiotic pragmatic merupakan tinjauan tentang system tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Hasil dan perwujudan Bahasa merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pendengarnya. Perwujudan makna suatu Bahasa dapat dikatakan berhasil jika makna atau arti yang ingin disampaikan oleh penutur melalui tuturannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya.

Contoh :

Sebuah ambulan yang meluncur di jalan raya yang menyembunyikan sirine dengan lampu merah yang berputar-putar, menandakan ada orang yang celeaka yang perlu segara dilarikan ke rumah sakit. Hal tersebut membuat pengguna jalan yang mendengarnya akan segera menepi untuk memberikan jalan.

Delapan (8) tahap pragmatism dalam semiotika akuntansi yaitu :

1. Sumber (source)

Dalam akuntansi, laporan keuangan adalah sumber informasi keuangan yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan bisnis. Sehingga, dalam pembuatan laporan keuangan memerlukan beberapa sumber informasi keuangan atau komponen dalam pembuatan laporan keuangan. Beberapa komponen dalam pembuatan laporan keuangan ialah :

  • Neraca (Aset, Liabilities dan Ekuitas)
  • Laporan laba rugi (Pendapatan, Pengeluaran, Profit dan Loss)
  • Laporan arus kas (Arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi dan arus kas aktivitas pendanaan)

2. Pengirim (Transmitter)

Dalam kerangka berpikir Umberto Eco, transmitter atau pengirim merupakan suatu sarana yang memiliki fungsi dalam mentransmisikan sumber informasi keuangan dan mengindentifikasikan bagaimana kondisi laporan keuangan kepada komponen-komponen selanjutnya.

Contoh bentuk pengaplikasiannya terdapat pada software yang digunakan oleh transmitter atau pengirim yakni aplikasi Microsoft Power Point.

3. Sinyal pengirim (gel suara)

Setelah melalui proses pengiriman, informasi-informasi serta data keuangan yang dikirim oleh pengirim (transmitter) akan diproses kembali untuk dapat dijadikan sebuah laporan keuangan.

4. Saluran (channel)

Proses pengiriman informasi keuangan, dilakukan melalui sebuah saluran (channel) contohnya ialah email atau software untuk pembukuan dan pemrosesan laporan keuangan, dimana channel tersebut akan membantu dalam menyampaikan informasi keuangan kepada pihak-pihat terkait atau pihak-phak yang bersangkutan.

5. Sinyal Penerima (signal)

Setelah melewati proses pelaporan keuangan, informasi-informasi keuangan akan menerima hasil dari pemrosesan tersebut dalam bentuk laporan keuangan.

6. Penerima (receiver)

Penerima (Receiver) akan mengelola informasi-informasi keuangan dari hasil pemrosesan laporan keuangan sebagai sebuah pesan dalam pelaporan keuangan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

7. Pesan (Massage)

Dalam kegiatan pelaporan keuangan, mencakup tidak hanya laporan keuangan saja, melainkan terdapat media pelaporan yang berisi pesan informasi keuangan lainnya yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh system akuntansi, seperti informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodic dan lain-lain. Dimana, pesan dalam pelaporan keuangan  ini akan menjadi suatu proses penggunaan laporan keuangan.

8. Tujuan (destination)

Proses penggunaan laporan keuangan dilakukan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Beberapa tujuan dari adanya laporan keuangan yakni :

  • Informasi yang dihasilkan akan berguna dalam kegiatan pengambilan keputusan investasi.
  • Informasi yang dihasilkan akan berguna dalam kegiatan pengambilan keputusan kredit.
  • Informasi tersebut berguna dalam menilai arus kas di masa depan.
  • Informasi mengenai sumber daya perusahaan, yaitu akan adanya kegiatan mengclaim atau melakukan claim terhadap sumber daya dan perubahan yang terjadi pada sumber daya tersebut.

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa :

  • Delapan (8) tahap pragmatism dalam semiotika akuntansi merupakan suatu proses semiotic Umberto Eco sebagai sumber pertanggungjawaban perusahaan.
  • Dijelaskan bahwa poin 1 s/d 4 yaitu Sumber (source), Pengirim (transmitter), Sinyal pengirim (gel suara) dan saluran (channel) merupakan suatu proses pembuatan laporan keuangan dalam akuntansi.
  • Sementara untuk poin 5 s/d 8  yaitu sinyal penerima (signal), penerimaan (receiver), pesan (massage) dan tujuan (destination) merupakan suatu proses penggunaan laporan keuangan dalam akuntansi.

why-6287d598bb4486524d469574.jpg
why-6287d598bb4486524d469574.jpg
Why -- "Mengapa Laporan Keuangan sebagai Tanda atau Ilmu Semiotika Menurut Umberto Eco?"

Laporan keuangan dapat dijadikan sebuah tanda karena di dalamnya terkandung informasi mengenai perusahaan. Misalnya, dalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai laba maupun rugi yang didapatkan perusahaan. Laba ataupun rugi dalam laporan keuangan merupakan suatu tanda bagi perusahaan. Jika laba yang dihasilkan meningkat, akan menjadikan suatu tanda bahwa perusahaan memiliki prestasi yang meningkat. Begitupun sebaliknya, jika perusahaan mengalami kerugian, hal itu menjadikan tanda bahwa perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Sehingga dari tanda itu lah, pihak-pihak terkait dapat segera mencari jalan keluar atau penyelesaian permasalahan lewat pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi dalam laporan keuangan.

A. Tiga (3) Ranah Semiotik menurut Umberto Eco

  • Politik dan Budaya
  • Ranah Alam
  • Ranah Epitisme

B. Semiotik Sebagai Teori Kode "Signifikasi"

Teori kode signifikasi berisi tentang system aturan yang berkaitan dengan tanda atau makna. Teori kode "signifikasi" ini bersifat structural. Dimana, structural yang dimaksud yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan struktur akuntansi keuangan.

Contoh makna strukturan dalam semiotic sebagai teori kode signifikasi antara lain :

  • Adanya tanda-tanda perusahaan yang baru tumbuh.
  • Adanya tanda-tanda perusahaan yang akan sedang berkembang.
  • Adanya tanda-tanda perusahaan yang  sedang mengalami penurunan dan lain sebagainya.

Selain itu, salah satu contoh bentuk teori akuntansi pendekatan teori semiotika Umberto Eco dalam Teori Kode Signifikasi terdapat dalam pembuatan SAK (Standar Akuntansi Keuangan), pembuatan PMK / UU dan pembuatan Perpu.

C. Semiotik sebagai Teori Produksi

Teori produksi ini bersifat pragmatis. Pragmatis adalah sebuah teori produksi yang berhubungan dengan kode gejala nilai guna berkomunikasi kepada para pemakai sebagai bentuk pertanggungjawaban. Nilai guna komunikasi dapat berupa adanya gejala tanda, kode, estetika, interaksi dan komunikasi.

how-6287d652bb44861cdd318362.jpg
how-6287d652bb44861cdd318362.jpg
How -- "Bagaimana Laporan Keuangan sebagai tanda atau ilmu semiotika menurut Umberto Eco?"

Teori Tanda "de Saussure" = Semiotika

Laporan keuangan dapat menjadi tanda atau semiotika bagi perusahaan. Caranya adalah dengan menghasilkan suatu makna yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan dalam mengelola laporan keuangan.

Kemudian, dalam ilmu semiotika terdapat dua (2) komponen yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Jika dikaitkan dalam komponen ilmu semiotika, perusahaan merupakan sebuah penanda (signifier), sementara laporan keuangan merupakan sebuah petanda (signified)

1. Penanda (Signifier)

Penanda merupakan sesuatu yang bersifat materialistic atau merupakan suatu lambang. Penanda ini, akan menghasilkan makna atau isi yang disebut sebagai petanda. Penanda juga dikatakan sebagai suatu lambang yang memberikan tanda dan symbol dalam penggunaan dan penafsirannya yang berfungsikan dalam menghasilkan informasi atau citra bagi siapa saja yang melihat tanda tersebut.

Beberapa contoh atau komponen penanda dalam ilmu semiotic yang berhubungan dengan akuntansi laporan keuangan yaitu :

  • DPR : DPR dapat dikatakan sebagai investor yang akan berinvestasi guna mendapatkan pengembalian investasi dan keuntungan berupa deviden.
  • LEVERAGE : Rasio Leverage akan membandingkan antara total beban utang perusahaan terhadap asset atau ekuitas nya.
  • ROE : Analisis Rasio Kemampuan perusahaan yang memperoleh laba atau rasio profitabilitas. Artinya ialah kalkulasi rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh net income (laba bersih) dengan menggunakan modal sendiri.
  • SIZE : Size merupakan suatu skala atau ukuran dimana dapat diklasifikasikan besar kecil nya perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain). Kemudian, size terbagi ke dalam tiga (3) kategori yaitu large -- firm, medium -- size dan perusahaan (small firm).
  • FIRM VALUE : Dalam firm Value, menilai intellectual capital perusahaan. Tobin's Q lebih besar dari satu (>1) maka perusahaan dianggap overvalue. Sebaliknya, jika nilai Tobin's Q suatu perusahaan lebih kecil dari 1 (<1), maka saham perusahaan dianggap undervalue. Sementara jika nilai Tobin's Q sama dengan satu (=1) artinya mengindikasikan nilai pasar perusahaan dihargai sama dengan nilai bukunya.

2. Petanda (Signified)

Petanda merupakan isi dari suatu penanda. Petanda juga merupakan konsep makna dari penanda. Suatu tanda hanya dapat dipahami jika hubungan di antara kedua komponen pembentuk tanda ini telah disepakati secara bersama. Saussure juga menyatakan bahwa makna tanda bergantung pada hubungannya dengan kata-kata lain di dalam suatu sistem.

Beberapa contoh petanda ialah sebagai berikut :

1. DPR dan Undang-Undang : Dijelaskan bahwa DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah penanda. Sementara isinya atau undang-undang adalah petanda. DPR menghasilkan suatu makna, yang dimana makna tersebut ialah undang-undang yang dihasilkan.

2. MCD dan Laba Perusahaan MCD : MCD atau perusahaan fastfood Mc'Donald ini dikatakan sebagai sebuah penanda. Logo MCD memberikan informasi atau tanda yang menjadikan ciri khas perusahaan. Sementara laba perusahaan yang dihasilkan adalah petanda. Laba yang dihasilkan oleh MCD merupakan suatu petanda yaitu merupakan tanda prestasi perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan MCD, maka akan semakin meningkat pula prestasi yang dicapai oleh Perusahaan MCD.

Konsep Tanda Semiotika Laporan Keuangan Menurut Umberto Eco I (5 Januari 1932 -- 19 Februari 2016)

1. Konsep Tanda menjadi Fungsi Tanda : Tidak bebas nilai (Bersifat Konotasi) dan bukan denotative (sesuai struktur)

  • Konsep tanda menjadi fungsi tanda : konsep tanda menjadi fungsi tanda ini maksudnya ialah fungsi tanda--tanda laporan keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Contohnya seperti jika arus kas turun, mengartikan bahwa perusahaan tidak memiliki uang atau dikatakan terjadi penurunan uang. Saat kondisi arus kas turun sementara laba nya naik, maka terdapat tanda terjadinya penjualan kredit secara berlebihan. Sementara, jika laba nya naik, tetapi kas tidak ada, maka bisa jadi terjadinya penumpukkan piutang dagang. Tanda -- tanda itulah yang merupakan suatu makna dari fungsi tanda.
  • Tidak bebas nilai (bersifat konotasi) : Maksud dari tidak bebas nilai atau bersifat konotasi ialah karena fungsi tanda tersebut memiliki nilai didalamnya.
  • Bukan denotative atau sesuai struktur : Fungsi tanda juga dikatakan bukan denotative karena di dalamnya telah sesuai dengan struktur yang ada.

2. Tanda Semiotika bersifat Abduksi (non mutlak), untuk menghasilkan konvensi, bersifat intersubjektivitas dan akan melahirkan tanda kode baru 

Abduksi artinya tidak mutlak. Kadang-kadang, tanda semiotika bersifat intersubjektivitas dan bersifat abduksi. Intersubjektivitas memiliki makna yang berbeda-beda. Dari situ lah kemudian tanda semiotika akan melahirkan tanda kode baru.

Contoh : Logo KFC merupakan logo untuk penjualan makanan. Namun dalam keadaan dan kondisi tertentu, Perusahaan KFC bisa berubah menjadi suatu tanda kode baru sesuai dengan kondisi yang dialami oleh individu. Seperti contoh, KFC bisa menjadi suatu tempat pengingat akan pengalaman hidup yang dirasakan oleh seseorang atau oleh pelanggannya. Seperti mengingatkan akan kejadian putus cinta maupun kejadian yang bahagia lainnya. Munculnya perasaan baru itulah yang merupakan sebuah tanda kode baru dari logo KFC tersebut. Bukan hanya menjadi logo makanan saja, melainkan telah memberikan tanda atas pengalaman atau pengingat baru yang dirasakan secara individu.

3. Tanda mengalami proses signifikasi, pemaknaan oleh pemakai dan menjadi otonom bagi manusia : "sesuai kepentingan konteks sendiri-sendiri

Sesuai dengan kepentingan konteks sendiri-sendiri bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk yang bukan pemutlakkan. Konteksnya bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Sehingga, dengan begitu, tanda ini bisa dikatakkan subjektivitas. Tak hanya itu, tanda juga mengalami proses signifikasi dan pemaknaan oleh pemakai serta menjadi otonom bagi manusia.

4. Tanda, Signifikasi, Interprestasi yang akhirnya bersifat UNLIMITED SEMIOSIS 

Unlimited artinya tidak terbatas. Tanda, Signifikasi dan Interprestasi memiliki sifat tidak terbatas. Tidak bisa seorang subjek melarang orang lain atau subjek lainnya untuk menginterprestasikan tanda dengan cara yang berbeda. Sehingga, Umberto Eco sangat terlihat berusaha untuk mengeluarkan makna tanda dalam semiotika pada korespondensi antara penanda dan petanda. Selain itu, tanda yang tidak terbatas ini memberikan pengertian bahwa siapa saja bebas untuk mnginterprestasikan tanda itu sendiri.

Pendekatan Semiotika Umberto Eco "Tanda"

A. Pembentukan lahirnya tanda

1. Kerja Fisik

Dalam kerja fisik, adanya kesengajaan pembuatan yang dilakukan untuk melahirkan tanda. Contoh dari adanya kerja fisik ini dapat terlihat dari adanya pembuatan logo. Logo adalah suatu tanda. Sehingga kerja fisik ini diartikan sebagai suatu kegiatan untuk melahirkan suatu tanda.

2. Pengenalan

Dalam pembentukan lahirnya tanda, ada juga yang disebut sebagai pengenalan objek atau peristiwa. Pengenalah objek ini berisikan pengungkapan yang memberikan suatu arti atau suatu makna dalam tanda yang disampaikan. Contoh nya ialah senyum sinis = senyum sinis merupakan suatu tanda bahwa seseorang sedang menyampaikan muslihat tipu daya nya dengan memberikan senyuman penuh arti.

3. Penampilan

Penampilan harus sesuai atau harus memiliki kecocokan dengan Tindakan.

4. Replika

Replika dapat diartikan sebagai sebuah tiruan atau mimesis. Tanda replica ini dapat dilihat dalam beberapa icon tertentu seperti tiruan, peta negara Indonesia, patung dan sebagainya.

5. Penemuan

Penemuan dapat disam artikan dengan pengungkapan.

B. Menulis Teks Laporan Keuangan (Otoritas Kemenkeu)

1. Teks harus dapat dipahami. Dalam menulis teks, terutama teks laporan keuangan, perlu dilihat lebih lanjut bagaimana kebermanfaatan yang dihasilkan. Dalam penulisan teks laporan keuangan perlu dicari tahu laporan keuangan ini akan dipakai untuk siapa dan apakah isi yang disampaikan bisa dipahami oleh pemakai atau tidak. Karena sesungguhnya, penulisan teks laporan keuangan ini diperuntukkan untuk para pemakai laporan keuangan sehingga isi di dalamnya harus memuat informasi-informasi keuangan yang dapat dijadikan suatu landasan dalam pengambilan keputusan.

2. Teks harus bersifat komunikatif. Selanjutnya, teks laporan keuangan harus bersifat komunikatif. Komunikatif yang dimaksud ialah berisi informasi atau pembahasan yang mudah dipahami dan dapat memberikan manfaat. Tak hanya itu, teks laporan keuangan juga harus memiliki relasi subjek -- objek atau dialektis penulis laporan keuangan dan pembaca (pihak terkait).

C. Semantik--Pragmatik (Pembuat - PMK/UU Perpu VS Penerima -- Pembayar Pajak)

Semantik -- pragmatic antara pembuat laporan dengan penerima yakni pembuatnya adalah PMK UU Laporan Keuangan, sementara penerima nya adalah pembayar pajak. Jadi, ini adalah symbol dialektis antara dua sisi, yaitu dari sisi yang membuat dan dari sisi yang menerima.

Komponen semantic -- pragmatic ini ialah :

  1. Ambiguitas (budaya, wilayah, Pendidikan)
  2. Over -- Under Estimasi
  3. RW tidak tepat

D. Dua Tipe Teks Laporan  Keuangan 

Terdapat dua (2) tipe teks dalam laporan keuangan, yaitu :

1. Teks Tertutup

Laporan keuangan cenderung lebih banyak menggunakan tipe teks tertutup. Hal ini dikarenakan pembuatan laporan keuangan kemungkinan disusun secara tertutup karena bekerja dalam standar akuntansi. Dimana, di dalamnya harus mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Teks tertutup terbatas pada kemungkinan interprestasi, tafsir yang tidak jauh berbeda, teks mudah dipahami serta bekerja dalam standar akuntansi.

2. Teks Terbuka

Teks terbuka biasa dipakai pada penggunaan di luar standar. Teks terbuka ini membuka diri pada 1.000 (seribu) interprestasi, tidak mendikte orang (karena penggunaan diluar standar) serta memberikan inspirasi dalam ranah episteme.

Kemudian, ada pula yang dinamakan dengan encounting choice. Encouting choice merupakan metode penggabungan atau dialektis antara konsep tertutup dengan konsep terbuka.

E. Struktur Teks

1. Struktur kamus

Struktur yang pertama ialah struktur kamus. Struktur kamus berbeda dengan struktur ensiklopedia. Struktur kamus ini lebih tertutup, statis, sulit diubah, keras kepala dan arogan. Maksudnya adalah struktur ini tetap atau tidak berubah-ubah mengikuti perkembangan. Dapat diartikan pula bahwa struktur kamus ini mengikuti cara memahami dari satu sudut pandang saja, dimana hal ini yaitu berdasarkan sudut pandang ilmu akuntansi.

2. Struktur Ensiklopedia

Struktur Ensiklopedia ini lebih terbuka, lebih dinamis dan memudahkan untuk masuknya entri baru. Sehingga dengan berjalannya waktu, struktur ensiklopedia ini dapat berubah-ubah sesuai jaman.

Sehingga terdapat dua kemungkinan dalam rangka memproduksi laporan keuangan. Laporan keuangan haruslah kita pahami. Terutama pada struktur kamus, karena struktur kamus merupakan struktur standar akuntansi, bukan ensiklopedia.

F. Cara memahami makna Teks Intensional (Isinya atau atribut dalamnya)

Terdapat beberapa cara dalam memahami makna dari teks intensional yaitu :

  1. Dasar Dictionari (harfiah)
  2. Rule of co refence (semantic leksial)
  3. Kontekstual dan kondisional Memahami gaya metafora (rheotorical stylictic overcoding)
  4. Berlaku secara umum dengan membandingkan teks lainnya atau dengan melakukan komparasi
  5. Mengikuti ideologi, mahzab dan lainnya

G. Cara memahami makna Teks Aspek Ekstensional (Atribut luarnya)

Selanjutnya, terdapat beberapa cara dalam memahami makna teks aspek ekstensional antara lain :

  1. Tunda dan berikan tanda kurung, contoh : (tunda)
  2. Pehatikan saat wacana timbul atau dilahirkan
  3. Perhatikan bagaimana kesinambungan antara struktur narasi, rentetan logika atau fabula, serta plot
  4. Perhatikan model atau tipe Tindakan yang disajikan dalam teks ekstensional
  5. Idiologi teks ialah Aksiologis
  6. Perhatikan ramalan yang diharapkan; dan
  7. Perhatikan struktur umum dan logika sejarah

Struktur Teks "Semiotics Between Lie and Truth"

A. Makna Teks

Terdapat beberapa makna teks dalam "Semiotics Between Lie and Truth" yaitu :

1. Bukan asli tapi representasi. Representasi merupakan bentuk interprestasi atau pemikiran terhadap suatu masalah yang digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dalam memecahkan masalah tersebut. Teks "Semiotics Between Lie and Truth" ini bukan merupakan teks asli, melainkan sebuah bentuk pemikiran baru berupa kata-kata atau verbal yang memiliki makna sama seperti aslinya.

2. Teks tidak stabil, ada tanda tetapi realitas berbeda serta bersifat asimentris.

3. Tanda terkadang sering mengalabui, menjebak dan berlanjut pada tujuan lain

B. Semiotika menjadi "Hipersemiotika" dalam dunia Manik Moyo

Pembahasan ini berisi beberapa penjelasan mengenai tanda menurut Umberto Eco

1. Tanda itu nyata pada umumnya, namun pada khususnya seringkali tidak

2. Tanda itu palsu (pseudo sign) reduksi kepada kepentingan

3. Tanda itu dusta (false sign), palsu biasa dipakai untuk asli. Contoh : melakukan operasi plastic atau sakit saat dipanggil KPK

4. Tanda merupakan daur ulang (recycle), mengartikan bahwa tanda dalam kondisi lama bisa dijadikan seperti baru

5. Tanda buatan (teknologi). Tanda terkadang tidak asli, yakni buatan terutama dalam buatan teknologi.

6. Tanda ekstrim. Tanda ekstrim merefleksikan adanya suatu tanda yang dilebih-lebihkan, tidak sesuai dengan tanda yang aslinya.

Dari sini dapat diambil refleksi bahwa proses meraba-raba sebuah jalan akhirnya akan jatuh pada sebuah penyimpulan bahwa semiotika adalah sebuah jalan yang hanya menolong pembaca untuk mendapatkan pemaknaan tanda yang lebih transparan tanpa harus mengetahui bahwa itu adalah kebenarannya. Sehingga banyak sekali semiotikawan atau Umberto Eco sendiri menganggap bahwa semiotika menjadi alat untuk berbohong dalam menjelaskan sebuah tanda.

Serta dapat pula diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan ini merupakan suatu tanda atau ilmu semiotik dalam suatu perusahaan, karena laporan keuangan akan memberikan sebuah tanda, sinyal ataupun informasi kepada pihak terkait yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan masa depan perusahaan serta membantu dalan proses bisnis akuntansi perusahaan.

Sumber :

Amelya Shilvi. 2020. Umberto Eco dan Semantik. Media Online Kumparan : https://kumparan.com/slipiest-adv 7000/umberto-eco-dan-semantik-1ujY7argozj  (Diakses pada 20 Mei 2022).

Apollo. 2022. Memahami Aturan Pajak dengan Pendekatan Semiotika Eco Umberto. FEB : Universitas Mercu Buana.

https://eprints.umpo.ac.id/5904/3/BAB%20II.pdf

Rahman Abdul dan Tommy F. 2013. Semiotika Filosofis : Perspektif Umberto Eco. URL : https://adoc.pub/semiotika-filosofis-perspektif-umberto-eco.html  (Diakses pada 19 Mei 2022)

Rusmin Nurjadin. 2022. Hubungan Semiotik dengan Sintaksis, Semantik dan Pragmantik. Media Online : http://nurjadinrusmin.blogspot.com/2014/01/hubungan-semiotik-dengan-sintaksis.html  (Diakses pada 19 Mei 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun