Mohon tunggu...
SURI MEYLINDA RIZALTI
SURI MEYLINDA RIZALTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MERCU BUANA

SURI MEYLINDA RIZALTI // NIM : 43220010120 // AKUNTANSI // DOSEN : APOLLO, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Teori Akuntansi Pendekatan Umberto Eco

21 Mei 2022   01:22 Diperbarui: 21 Mei 2022   01:25 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun Umberto Eco sudah tidak lagi berada diantara kita, namun teori-teori yang dihasilkan akan tetap berguna dan sangat membantu akademisi lainnya untuk mengetahui lebih banyak tentang ilmu semantic yang sangatlah dibutuhkan dalam ranah linguistic atau kajian Bahasa. Selain itu, karya-karya literaturnya juga dapat menambah minat membaca karya tulis, bukan hanya milik Umberto Eco saja, namun juga karya tulis lainnya.

Pemikiran-Pemikiran Umberto Eco :

Umberto Eco memiliki teori semantic yang membahas mengenai semantic dalam filosofi bahasa. Teori semantic Umberto Eco didasari dengan teori oleh Saussure, namun tidak terstruktur dengan tipologi tanda, melainkan terstruktur dengan klasifikasi cara produksi tanda. Teori semantic Umberto Eco berisikan hubungan antara semantic teori dengan persepsi filosofis, pengetahuan dan interprestasi.

Umberto Eco juga berkeinginan untuk mengetahui kemungkinan teoritikal dan fungsi sosial dari fenomena signifikasi (penandaan) dan juga komunikasi. Tujuan dari hal ini ialah untuk membangun teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fungsi semantic yang bergantung pada kode atau kombinasinya tiap kali ada fenomena umum akan signifikasi dan komunikasi. Teori semantic Eco meninjau fenomena dari sudut pandang ilmu pengetahuan, namun bisa ditambahkan ke dalam tiap fenomena komunikasi dan penandaan yang ada. Teori semantic yang dihasilkan oleh Umberto Eco berasal dari revisi serta formalisasi yang berasal dari studinya tentang semantic sebelumnya. Teori semantiknya mencakup fenomena semantic serta fenomena kultural.

Kemudian, terdapat dua teori yang saling berintegrasi dan menjadikan teori semantic Umberto Eco sebagai teori semantic kompleks, antara lain :

1. Teori Produksi : Dalam teori produksi, tanda oleh Eco mencakup berbagai macam fenomena semantic. Teori produksi tanda yang dikembangkan ini mencakup banyak tanda dan memasukkan banyak fenomena kultural sebagai system tanda yang membentuk kode, sehingga cakupan teorinya lebih luas dari teori produksi tanda yang berasal dari ahli lainnya.

2. Teori Kode : Teori kode oleh Eco menggunakan teori dari Louis Hjelmslev, dimana teori semantiknya berdasarkan pada logika yang dianggap berada dalam tiap Bahasa. Eco juga menambahkan konteks teoritikal yang berbeda serta artikulasi dengan level yang juga berbeda. Serta dalam teori kode ini, Eco mencoba untuk menyesuaikan tiap kode sehingga valid antara satu sama lainnya dengan fungsi semantic.

Teori semantic kompleks ini kemudian akan memberikan pandangan bahwa semantic adalah salah satu disiplin ilmu yang menjadi sumber filosoif dan kesatuan epistemology akan proyek teoritis Eco. Semantik juga digunakan dalam unit kultural. Oleh Eco, setiap entitas kultural merupakan tanda semantic. Tetapi tanda-tanda tersebut tidak boleh dipelajari secara abstrak karena bagi Eco pendekatan semantic pada dasarnya berada di bawah prinsip ketidakpastian.

Dari beberapa asumsi metodologi yang dikemukakan Eco, didapatkan bahwa : makna adalah unit kultural; unit-unit ini bisa diisolasi karena interprestasi berdasarkan budaya yang ada; studi tentang tanda dalam suatu budaya dapat digunakan untuk menjelaskan hakikat dari interpretan dengan melihat melalui system poisi dan oposisi; Bidang semantic dapat digunakan untuk menjelaskan oposisi yang signifikan.

Kemudian Pada dasarnya, proses semiotika secara umum, yang mencakup proses semiotika signifikasi dan semiotika komunikasi dilandaskan pada sebuah proses yang tidak berkesudahan, yaitu proses semiosis, sehingga semiosis tidak bisa menjadi inti dalam semiotika. Semiosis menjadi dasar semiotika karena dapat menuntun pembaca tanda untuk menemukan sebuah arah kebenaran yang lebih rasional. Akan tetapi, perlu dibayangkan, bahwa di dalam semiotika kita tidak akan pernah menemukan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri sebagai jalan keluarnya. Dapat dibayangkan, bahwa saat satu kode berhasil terpecahkan, maka kemudian kita akan dihadapkan Kembali pada kode lainnya yang siap untuk dipecahkan dan proses tersebut tidak akan pernah berhenti.

Semiotika Komunikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun