Lalu Bams coba menanyakan hal itu kepada teman yang mengantarnya, dan dengan enteng si teman menjawab, " Saya belum pernah melakukan perjalanan ke selatan selama hidup. Â Apalagi prosedur imigrasi di perbatasan imigrasi Thailand -- Malaysia juga tidak mudah."
Bams membayangkan suatu hal baru yang rumit bakal dia alami nanti. Bams coba membuka peta lagi. Dia baru teringat kalau perjalanan ke selatan juga akan lewat propinsi Yala dan  Narathiwat yang sebagian besar penduduknya adalah moslem yang kurang puas terhadap pemerintah Thai. Pantas temannya tadi enggan bercerita lebih jauh.
Terbayang juga suasana menjelang lebaran di tanah air ketika melihat berjubelnya penumpang yang ada di stasiun Hat Yai tadi. Â Maka tanpa pikir panjang seusai makan siang Bams minta diantar ke pasar dimana para turis sering belanja. Â Siang itu Bams putuskan untuk membeli ransel kecil atau "day pack". Tidak lupa pula dia membeli 2 T-shirt dan beberapa potong biskuit padat gizi . Bams teringat kebiasaannya ketika melakukan persiapan pendakian gunung. "Siapa tahu nanti memang harus berpetualang dan praktek "jungle survival ". Begitu pikirnya untuk menjaga setiap kemungkinan yang bakal dia hadapi nanti.
Seusai belanja, Bams masih punya sisa waktu 7 jam untuk menunggu keberangkatan kereta jam 11 malam nanti.  Dia bertanya ke temannya  apakah bisa mengantarnya ke Kedubes Indonesia di Bangkok.
" Untuk apa pergi ke sana?" Dia balik bertanya alasan Bams ingin ke kantor kedutaan.Â
" Saya ingin tahu informasi lebih jelas mengenai route perjalanan ke selatan dan prosedur imigrasi di perbatasan Malaysia" sahut Bams .
Dia sedikit ragu-ragu untuk mengiyakan permintaan Bams karena tidak tahu alamat kedubes Indonesia. Kembali ke kota Bangkok menurutnya akan sangat macet sekali siang itu . Akhirnya mereka putuskan mencari tahu alamat kedubes lewat buku telpon. Tetapi tidak berhasil juga karena satu-satunya nomor telpon bernada sibuk terus.
Rupanya temannya ini tahu  juga kebutuhan Bams untuk bertemu  saudara sebangsa. Dan secara spontan dia menawarkan untuk mengujungi teman atau lebih tepat guru spiritualnya yang katanya pernah ke Indonesia dan sekarang mempunyai beberapa murid dari Indonesia  yang sedang belajar mengenai meditasi di Thailand.
Akhirnya meluncurlah mereka berduai ke Dhammakaya International Meditation Centre, salah satu tempat terbesar untuk sekolah meditasi yang bersumber dari ajaran Budha. Letak tempat ini Bams  tidak ingat persis, kira-kira satu jam bermobil melewati propinsi Chataburi, tempat penghasil durian terbaik di Thailand .
Di tengah perjalanan mereka melewati salah satu universitas terkenal di Thailand , Tamasaat University . Namun karena suasana sepi, maka mereka hanya mengitari saja dari luar pagar dan terus melanjutkan perjalanan.  Kira-kira mendekati jam 5 sore, mereka tiba di komplek  Dhammakaya Centre. Â