Pada meja lain, saya melihat ada rombongan bapak-bapak polisi. Dengan santai saya mengambil gambar atau memotret pengunjung warung soto itu.
Saya melihat cukup banyak polisi yang menikmati soto di warung sederhana tetapi cukup ramai pengunjung itu. Biasanya pada hari kerja banyak pegawai yang sarapan atau makan siang di sana.
Tidak berapa lama, pesanan kami pun diantarkan. Untuk saya, ada dua mangkok. Satu mangkok agak besar berisi racikan soto dengan kuah hangat dan satu mangkok kecil berisi nasi putih.
Pak Imam Mudin dan Pak Tri Wahjoedi pun mulai menikmati soto yang hangat dan cukup nikmat. Racikan yang berada di dalam mangkok cukup komplit. Rasa sudah sesuai selera. Tidak terlalu asin dan juga tidak hambar. Pas di lidah.
Sambil menikmati soto hangat itu sesekali kami mengobrol ringan. Pak Imam Mudin paling banyak bercerita dan bertanya. Saya pun ikut terlibat dalam perbincangan ringan itu.
Saya benar-benar merasa beruntung dapat berjumpa dengan dua pengawas yang masih aktif berdinas tersebut. Pak Tri Wahjoedi masih empat setengah tahun berdinas sedangkan Pak imam Mudin masih cukup lama, sekitar sepuluh tahun baru akan pensiun.
Selesai menikmati soto hangat dan minuman jeruk, kami bergegas meninggalkan warung karena ada pengunjung yang baru datang. Tempat duduk atau kursi sangat terbatas. Kami harus tahu diri. Tidak pantas berlama-lama nongkrong sementara ada pengunjung yang belum dapat tempat duduk.
Kami berjalan menyeberang pada sisi jalan di depan warung soto. Formasi masih seperti semula. Saya duduk di samping driver. Pak Tri Wahjoedi duduk di bangku tengah.
Saya diantar ke tempat semula, yaitu di halaman masjid Nipah-Nipah. Setelah mengucapkan terima kasih dan berjabat tangan saya segera turun dari mobil.
Sepeda motor butut yang terparkir aman segera saya datangi. Perlahan-lahan saya pasang kunci kontak dan mulai menjalankan sepeda motor itu.