Hera ditemani ibu berbicang-bincang dengan Bayu di kebun samping rumah. Aku ditemani ayah bercakap-cakap dengan Ayu dan bapaknya. Pembicaraan bersifat umum. Membahas hobi masing-masing.
Pertemuan hari itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar satu jam. Bayu akan menghadiri kegiatan bersama kelompok pecinta tanaman buah sedangkan Ayu akan berkunjung ke rumah neneknya bersama ibu dan bapaknya.
Pekan berikutnya, gantian keluargaku yang berkunjung ke rumah mereka. Jarak antara rumah kami dan rumah mereka sekitar lima kilometer. Dengan begitu, kami tidak memerlukan waktu lama untuk menuju ke sana.
Aktivitas saling berkunjung berlangsung empat kali. Dua kali kami ke rumah mereka dan dua kali mereka berkunjung ke rumah kami. Hal itu kami lakukan untuk saling mengenal dan memahami prinsip hidup masing-masing.
Pada pekan kelima keluarga kami ditimpa musibah. Hera tiba-tiba pingsan saat pulang dari pasar bersama ibu. Aku bersama ayah membawanya ke rumah sakit. Ibu tinggal di rumah untuk mempersiapkan segala sesuatu jika Hera harus opname.
Kami sangat kaget dengan kondisi Hera yang tiba-tiba seperti itu. Belum pernah terjadi sebelumnya, Hera pingsan mendadak. Tampak sekali ayah sangat risau. Kegelisahannya terlihat dari gerak-gerik dan ucapannya yang sering tidak jelas terdengar.
Aku mencoba untuk bersikap tenang. Meskipun aku sangat bersedih, aku tidak boleh lepas kontrol. Segala tindakan harus dipikirkan dengan sungguh-sungguh agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.
Baru sekitar setengah jam kami berada di rumah sakit, aku lihat Ayu dan Bayu muncul di hadapan kami. Dengan wajah penuh ketegangan, Ayu bercerita bahwa beberapa saat yang lewat ibuku meneleponnya.
Sebenarnya kami tidak ingin merepotkan keluarga kawan ayah. Namun, pertemuan selama empat pekan telah menumbuhkan rasa kekeluargaan. Itu yang mungkin menjadi pertimbangan ibu untuk memberi tahu musibah yang menimpa Hera.
"Bapak dan ibu kalian sehat-sehat saja, khan?" tanya ayah kepada Ayu dan Bayu.
"Alhamdulillah, Pak. tadi mereka baru bersih-bersih di kebun," tutur Bayu sambil melirik kakaknya.