Dengan senang hati Ibu akan memberi pertimbangan, barang apa yang lebih cocok dibeli Hera. Lebih tepat barang yang harus dimintakan uang untuk dibeli karena Hera belum memiliki penghasilan tetap.
Ayah selalu bertanya kepadaku, apakah sudah ada lelaki yang akan meminang Hera ketika aku membelikan sesuatu untuk persiapan pernikahan Hera nanti. Aku hanya dapat tersenyum atas pertanyaan ayah seperti itu.
Ibu lebih sensitif jika ditanyakan perihal itu. Prinsip ibu bahwa persiapan barang-barang lebih penting daripada siapa jodoh untuk Hera nanti. Ibu selalu mengatakan bahwa setiap anak manusia sudah ada jodohnya. Tinggal menunggu waktu saja untuk dipertemukan.
Meskipun begitu, Ibu tidak tinggal diam. Setiap ada arisan, pertemuan warga, dan acara-acara di kantornya, ibu selalu bercerita bahwa Hera sudah menyiapkan sendiri keperluan pernikahan nanti. Hal itu merupakan "promosi", menurutku. Namun, ibu selalu membantah kalau kukatakan bahwa ibu sering menawar-nawarkan Hera di setiap kesempatan.
 Berbeda dengan ayah. Dengan caranya sendiri, ayah juga "berburu" calon menantu melalui pendekatan hobi. Beberapa klub hobi ia masuki. Ada klub mancing mania. Ada klub bersepeda. Ada klub layang-layang, dan beberapa klub lain yang jumlahnya ada sekitar sepuluh klub.
Pulang dari kumpul-kumpul dengan anggota klub tertentu, ayah selalu bercerita tentang anak-anak dari teman satu klubnya. Jika ada teman klubnya yang ia suka karena punya anak perjaka, tak segan-segan diajaknya ke rumah.
Sekali dua kali tidak ada respon dari Hera. Pada kesempatan ketujuh kalinya, barulah Hera tertarik kepada anak lelaki teman ayahnya itu. Hera tertarik setelah teman ayah menceritakan kegemaran lelaki itu.
"Pekan depan akan saya ajak anak saya berkunjung ke sini. Kebetulan ada dua anak saya. Anak pertama perempuan dan yang kedua laki-laki," tutur teman ayah.
Aku ikut mendengar percakapan itu. Nama panggilan anak-anaknya juga unik, yaitu Ayu dan Bayu. Hampir sama uniknya dengan nama panggilanku, Heru, dan adikku, Hera. Itu mungkin untuk memudahkan ingatan.
Ibu sangat gembira mengetahui hal itu. Upaya yang dilakukan Ibu untuk 'berpromosi' selama ini belum membuahkan hasil. Upaya ayah yang juga sudah kesekian kalilah yang akhirnya memunculkan setitik harapan.
Waktu yang dijanjikan teman ayah ditepati. Mereka datang berempat. Pakaian yang mereka kenakan sangat santai. Bukan pakaian resmi. Acaranya memang bukan acara resmi. Kedua keluarga hanya ingin berkenalan lebih dekat.