Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan Kedua

23 April 2024   08:33 Diperbarui: 23 April 2024   08:41 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masalahnya, wanita yang akan dinikahi Permadi berasal dari keluarga istri Paman Yuda," ucap adik Bima dengan wajah sedih.

Paman Yuda adalah saudara ayahku yang dijuluki kakek sebagai keluarga Korawa. Nama Yuda sering diplesetkan menjadi Duryudana, tokoh keluarga Korawa. Padahal nama Paman Yuda di akta kelahirannya adalah Yuda Pratama.

"Kalau keduanya saling mencintai dan istri pertama Permadi menyetujui, apa salahnya? Bukankah itu syarat yang berlaku?" tanyaku menyelidik.

Bima terdiam beberapa saat. Sebelumnya aku mendengar selentingan, bukan itu masalahnya. Maksudku bukan kerena calon istri kedua adalah keluarga dari istri Paman Yuda. Bukan itu pokok persoalannya.

"Sebenarnya, masalah yang menjadi beban bagi Permadi adalah soal uang antaran atau uang panai," tutur Bima selanjutnya.

"Karena masalah uang mahar itu lantas dibuatlah skenario kalau mereka tidak berjodoh karena dari dua kubu yang berseteru, begitu?" tanyaku sedikit emosi. 

Bima memandangku dengan heran. Ada perubahan pada wajah adikku itu. Rona wajah yang semula menunjukkan rasa sedih telah berubah menjadi ketakutan.

Mengetahui perubahan pada wajah adikku, segera aku turunkan nada suaraku. Aku tidak ingin terlihat galak atau pemarah. Sebagai kakak tertua harus berusaha menjadi pengayom bagi semua adik-adikku.

"Begini. Kita harus berhati-hati dalam menghadapi persoalan ini. Permadi harus kita ajak berunding. Informasi apa yang telah ia terima. Kemudian, saudara-saudara kita yang lain memperoleh informasi seperti apa. Akhir-akhir ini banyak hoax!" ucapku dengan penekanan pada kata terakhir.

"Waduh, kenapa tadi waktu arisan tidak kita bahas masalah ini?" ucap Bima sambil garuk-garuk kepala.

"E ... jangan mencampuradukkan kegiatan," kataku, "Acara arisan, ya, arisan. Untuk membahas persoalan Permadi yang akan menikah lagi, kita buat acara khusus kita berlima."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun