Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Banyak Warga Lubuk Langkap Merantau?

29 September 2020   20:56 Diperbarui: 30 September 2020   06:14 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bait lagunya begini 

Sangkan pandan tumbuh di darat,  Di dalam kebun nidau begunau, sangkan kami pergi melarat, di dalam dusun nidau begunau  :( 

Yang bermakna 

Makanya pandan tumbuh di darat, di dalam kebun tidak berguna,  makanya kami pergi melarat, di dalam dusun tidak berguna. 

Tanpa terasa air mata jatuh mendengarkan tembang kiriman guru Dawar tersebut. 

Alasan Merantau

Dari ratusan warga Lubuk Langkap yang merantau tanpa kembali lagi banyak sekali alasan. Alasan klasik bagi perantau yang awal yakni pada akhir tahun 1960-an hingga perantau  akhir 1990an adalah ingin mencari penghidupan  dan kehidupan yang lebih baik.

Perantau awal yakni Roni Baid, Abdul Djalil dan Awas Mana adalah karena tuntutan pekerjaan yang mereka geluti. Awas Mana misalnya beliau merantau karena bersekolah menjadi pemuka agama nasrani di Malang Jawa timur. Sejak bertugas di Malang beliau sudah menetap di sana termasuk anak cucu beliau.

Kemudian Roni Baid sekolah di Fakultas Hukum hingga S2 di Bandung. Beliau bekerja di Pengadilan Agama, lalu jadi dosen dan belakangan jadi pengacara. Karir seperti Roni, jelas tidak ada di Manna Bengkulu Selatan. 

Abdul Djalil juga menjadi guru Bahasa Inggeria di Sekolah Menengah Pertanian  Curup kabupaten Rejang Lebung provinsi Bengkulu. Demikian juga yang lain ada Tohar Ba'ar, bertugas di Dinas Pebdidikab provinsi Bengkulu, Rasaludin Sinip jadi guru SMK di Lahat, Muharudin Juwaris jadi Guru SMA di Palembang, Supli Effendi Rahim jadi dosen di Palembang, pernah juga mengajar di malaysia. 

Demikian Andang Sukardi, Riman, Siman, Iwan, Sutan, Napolion, Ismawan,Tupin, Budin, Mulyani, Sukani, Hernis, Wahan, Sudiman,  Bambang, Dusrah, Yusip, Iful,Yamud, Efni Wanit, Rolen, Timotis, Umar, Wigi dan semua perantau generasi terbaru mereka menekuni bisnis dan pekerjaan lain yang tidak mungkin dilakukan di Lubuk Langkap. Mereka itu saat ini eksis di Jawa Timur, Bandung, Bogor, Jamji, Bengkulu, Curup,Lahat, Lampung, Manna dan Palembang  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun