Selain itu, ayat di atas juga menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang dapat membawa pemiliknya kepada kebaikan. Sedangkan ilmu yang tidak seperti itu, boleh jadi hanya akan menimbulkan madharat atau tidak membawa kebaikan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat tadi: “Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu.”
4. Ayat: “Dan bagaimana kamu dapat bersabar terhadap sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Mengajarkan kepada kita, bahwa seseorang yang tidak sanggup bersabar dalam menyertai guru atau pendidiknya, atau tidak memiliki kekuatan untuk tetap teguh dalam menempuh jalan mencari ilmu, maka dia bukanlah termasuk orang yang dikatakan pantas untuk menerima ilmu.
5. Ayat yang bebunyi: “Insya Allah engkau akan dapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun.” Mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati dan teliti serta tidak terburu-buru menghukumi suatu permasalahan sampai yang diinginkan atau yang dimaksud benar-benar jelas. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa jika seorang pendidik melihat adanya kebaikan dengan menerangkan kepada muridnya agar tidak bertanya tentang suatu permasalahan hingga dia (pendidik itu) sendiri yang menerangkan masalah itu kepadanya (maka hendaknya dia lakukan). Dan sesungguhnya kemaslahatan itu senantiasa mengikuti. Sebagaimana halnya bila seorang murid mempunyai pemahaman kurang sempurna, hendaknya guru melarang muridnya memberatkan diri untuk meneliti suatu permasalahan sedemikian rupa dan bertanya tentang persoalan yang tidak ada kaitannya dengan topik yang diajarkan.
6. Penegakkan hukum berlaku secara lahiriah. Hal ini terlihat dalam tindakan nabi Musa As. yang memprotes Nabi Khidir, karena dalam pandnagan Nabi Musa, bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan.
Demikianlah salah satu pelajaran dari kisah yang Allah tuturkan dalam al-Quran, semoga kita semua dapat mendapatkan petunjuk Allah. Mari kita jawab pertanyaan2: apakah kita semua saat ini dapat memaknai pentingnya sabar dalam kehidupan yang menipu ini? Apakah kita ada etika atau adab yang mencukupi dalam berkomunikasi, berbuat dan dalam banyak hal? dan, apakah sudah cukup pasrah dalam menjalani dan melaksanakan perintah Allah?
Wallahu ‘Alam bishawab.
sumber: www.mtmcairo.multiply.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H