Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... profesional -

Sejak 2007 terus menerus mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran menggunakan ICT terpadu (weblog), rumah panen hujan serta model pengelolaan limbah domestik dengan teknologi rawa buatan. Saat ini anggota partai mengajak ke syurganya Allah, pensyarah dan peneliti; Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palembang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Nabi Musa dan Khidir a.s.

25 September 2010   01:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:59 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selain itu, ayat di atas juga menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang dapat membawa pemiliknya kepada kebaikan. Sedangkan ilmu yang tidak seperti itu, boleh jadi hanya akan menimbulkan madharat atau tidak membawa kebaikan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat tadi: “Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu.”

4. Ayat: “Dan bagaimana kamu dapat bersabar terhadap sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Mengajarkan kepada kita, bahwa seseorang yang tidak sanggup bersabar dalam menyertai guru atau pendidiknya, atau tidak memiliki kekuatan untuk tetap teguh dalam menempuh jalan mencari ilmu, maka dia bukanlah termasuk orang yang dikatakan pantas untuk menerima ilmu.

5. Ayat yang bebunyi: “Insya Allah engkau akan dapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun.” Mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati dan teliti serta tidak terburu-buru menghukumi suatu permasalahan sampai yang diinginkan atau yang dimaksud benar-benar jelas. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa jika seorang pendidik melihat adanya kebaikan dengan menerangkan kepada muridnya agar tidak bertanya tentang suatu permasalahan hingga dia (pendidik itu) sendiri yang menerangkan masalah itu kepadanya (maka hendaknya dia lakukan). Dan sesungguhnya kemaslahatan itu senantiasa mengikuti. Sebagaimana halnya bila seorang murid mempunyai pemahaman kurang sempurna, hendaknya guru melarang muridnya memberatkan diri untuk meneliti suatu permasalahan sedemikian rupa dan bertanya tentang persoalan yang tidak ada kaitannya dengan topik yang diajarkan.

6. Penegakkan hukum berlaku secara lahiriah. Hal ini terlihat dalam tindakan nabi Musa As. yang memprotes Nabi Khidir, karena dalam pandnagan Nabi Musa, bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan.

Demikianlah salah satu pelajaran dari kisah yang Allah tuturkan dalam al-Quran, semoga kita semua dapat mendapatkan petunjuk Allah. Mari kita jawab pertanyaan2: apakah kita semua saat ini dapat memaknai pentingnya sabar dalam kehidupan yang menipu ini? Apakah kita ada etika atau adab yang mencukupi dalam berkomunikasi, berbuat dan dalam banyak hal? dan, apakah sudah cukup pasrah dalam menjalani dan melaksanakan perintah Allah?

Wallahu ‘Alam bishawab.

sumber: www.mtmcairo.multiply.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun