Setali tiga uang, dukungan suporter yang langsung hadir di stadion, menjadikan setiap laga timnas U-19 seolah sudah mutlak milik timnas Indonesia. Hasilnya, uforia yang sangat berlebihan dari seluruh elemen menjungkirbalikkan fakta, bahwa penggawa muda ternyata harus bertekuk lutut di hadapan publik sendiri dari tangan Thailand, dan mengantar U-19 hanya menjadi runner-up grup.
Di semi-final, pasukan Indra terpaksa sudah harus bertemu Malaysia. Saat laga, meski timnas U-19 sudah diperkuat Egy Maulana yang terbang dari Polandia dan dengan dukungan penuh suporter, ternyata tetap tak mampu mengantar pasukan U-19 lolos ke babak final. Harus kembali mengakui kekalahan dari Malaysia lewat adu tos-tosan.
Harapan kembali meraih tropi, pupus. Namun, yang lebih ironis, ternyata suporter yang tidak puas dengan hasil pertandingan langsung marah dan mengamuk. Kemarahan suporter diawali dengan membakar flare. Kemudian dilanjutkan dengan melemparkan botol minuman dan benda pecah-belah ke area lapangan yang sasarannya pemain dan ofisial Malaysia.
Tak urung, penyelenggaraan Piala AFF U-19 2018, Indonesia kembali sudah jatuh tertimpa tangga. Kalah dari musuh bebuyutan Malaysia, tercoreng oleh ulah suporter. Semua adalah akibat dari uforia yang berlebihan. Sikap jemawa para suporter yang berpikir bahwa timnas U-19 adalah jagoan yang pasti dapat mememangi pertandingan. Dan sikap percaya diri yang kelebihan dari Sang pelatih Indra Syafri.
Kerinduan suporter sepakbola nasional akan prestasi timnas yang sudah lama dinanti, akhirnya membutakan mata dan hati bahwa, timnas U-19 adalah anak-anak muda yang masih membutuhkan waktu untuk berkembang. Butuh pengalaman hingga nantinya menjadi pemain timnas senior yang dapat diandalkan. Sayang, talenta mumpuni anak-anak U-19 kurang dapat dimaksimalkan oleh Sang pelatih saat turun berlaga, karena adanya program rotasi dalam turnamen resmi. Semoga di Piala Asia nanti, Indra tidak mengulang kesalahan.
Langkah U-16 masih panjang
Peristiwa dukungan suporter yang akhirnya menjadi bumerang bagi penyelenggaraan Piala AFF U-19 karena ada kericuhan suporter dan gagalnya timnas U-19 menyabet tropi juara, bukan mustahil dapat terulang dalam Piala AFF U-16 yang akan bergulir besok.
Kendati kita semua tidak dapat serta merta menyalahkan suporter yang sangat militan mendukung timnas Indonesia dan haus prestasi, lalu berbuat anarkis saat timnas kalah, namun setidaknya, peristiwa dalam Piala AFF U-19 dapat menjadi pembelajaran untuk semua elemen saat penyelenggaraan Piala AFF U-16.
Agar tidak mengulang persitiwa, maka sebelum laga dimulai, alangkah baiknya, panitia di lingkungan stadion mengingatkan kembali agar para suporter yang hadir mendukung timnas U-16 dapat menjadi suporter yang cerdas dan sportif.
Kendati timnas U-16 bermodal pernah menjadi juara di dua turnamen sebelumnya, namun di Piala AFF U-16, semua lawan tentu akan menurunkan tim yang berbeda. Sehingga, kualitas lawan tentunya masih belum dapat tergambar sebelum laga pertama dimainkan.
11 tim yang terbagi ke dalam dua grup, tentu semuanya ingin menorehkan prestasi sebagai kekuatan Asia Tenggara. Terlebih ada Thailand, Vietnam, dan Malaysia yang sama-sama seperti timnas U-16 sedang bersiap diri menghadapi Piala Asia U-16.