Konten thirst trap yang dibuat seolah cenderung dianggap sebagai cara berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi dan kreativitas dalam bahasa konten dan sekaligus membenarkan bahwa seperti itulah cara memanfaatkan teknologi yang dimaksud oleh kurikulum merdeka. Â
Peristiwa itu juga menggambarkan bahwa teknologi yang didorong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memberikan akses ke sumber data belajar yang lebih luas, memfasilitasi pembelajaran jarak jauh, yang diharapkan menjadi media pembelajaran untuk mempermudah dan menyenangkan sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa, terbukti disalah gunakan. Pertanyaannya kemudian, kurikulum merdeka bisa apa ketika teknologi yang didorong untuk pembelajaran berkualitas justru menjadi senjata dalam melakukan serangan balik untuk merusak kualitas pembelajaran?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H