Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia Darurat Kekerasan Seksual di Sekolah, Kurikulum Merdeka Bisa Apa?

8 Oktober 2024   09:07 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: jeo.kompas.kom

1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Faktanya, darurat kekerasan seksual di sekolah (dunia pendidikan) yang terjadi berdasarkan peristiwa-peristiwa yang ada menunjukkan bahwa pembentukan karakter profil pelajar sesuai Pancasila telah gagal. 

2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Fakta-fakta peristiwa kekerasan seksual di sekolah justru menunjukkan bukti bahwa salah satu literasi pendidikan, yaitu literasi tentang pembelajaran seksual dan upaya dalam mencegah bahaya pornografi juga gagal. 

3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Lagi-lagi terbukti gagal ketika fakta peristiwa kekerasan seksual banyak terjadi di pendidikan berbasis pesantren dengan pelaku cenderung dari kalangan profesional intelektual. 

Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dalam konteks pencegahan dan pengatasan dampak dan bahaya narkolema atau pornografi dapat dikatakan relevan, yakni relevansi yang tinggi atas tingkat kegagalannya. 

Kurikulum Merdeka yang Didorong Teknologi Justru Lumpuh oleh Teknologi dan Tak Bisa Apa-apa. 

Belum lama ini muncul kasus video asusila antara guru dan murid yang beredar viral di media sosial. 

Video asusila yang dilakukan oleh pasangan pendidik dan muridnya itu memang tidak dibuat dan disebar oleh salah seorang dari keduanya. Perilaku asusila keduanya pun dikabarkan atas dasar suka sama suka. 

Tetapi masalah esensialnya kali ini bukan tentang suka sama suka, bukan pula perkara apakah perilaku asusilanya akibat terpapar pornografi, melainkan penyimpangan yang tampak jelas dilakukan oleh pendidik selaku instrumen dunia pendidikan kepada anak didiknya, yang seharusnya diarahkan untuk berperilaku sesuai karakter pancasila. 

Kasus asusila yang melibatkan guru dan murid yang katanya berprestasi itu menunjukkan bahwa esensi dunia pendidikan telah gagal dalam mengarahkan pelaku pendidikan untuk berjiwa pancasila sebab terjadi pelanggaran norma, nilai, agama, moral, etika dan hukum di dalam perbuatan itu. 

Kasus lain yang cenderung mencerminkan gagalnya kurikulum merdeka dalam mengarahkan, mencegah dan mengatasi bahaya narkolema atau pornografi adalah kasus konten thirst trap. Konten thirst trap diartikan sebagai konten yang dibuat untuk menarik perhatian dalam konotasi seksual. 

Dalam sejumlah postingan yang informasinya dibuat oleh guru, dalam konten tampak anak-anak siswi SMP bergoyang dengan pakaian sekolah atau kebaya ketat. Hal ini menandakan betapa dampak bahaya narkolema atau pornografi dianggap sepele dalam dunia pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun