Facebook, Youtube, TikTok, Instagram, Twitter, Â Whatapps, WeChat, Telegram, Snapchat, Line, Pinterest, Snack Video, Skype, Linkendin dan beberapa nama lainnya adalah sederet flatform digital dari sekian banyak flatform digital dan flatform media sosial yang menempati posisi teratas. Kesemua flatform digital tersebut adalah sebagian menu digital dari sekian banyak menu flatform digital yang mampu memberikan efek popularitas dan/atau hasil kepada para pengguna dan orang-orang yang berinteraksi di dalamnya. Â Â
Deretan flatform digital terutama platform berlatar media sosial tersebut lalu menjadi tempat atau pijakan (menu makanan atau minuman) bagi orang-orang untuk menempatkan kontennya, baik berupa video, audio, foto, gambar, cerita, tulisan, komentar atau segala bentuk postingan (topping) yang diharapkan dapat memberikan dampak viral, trending, fyp atau semacamnya sehingga dampak tersebut menimbulkan efek popularitas dan/atau hasil apapun semisal tawaran pekerjaan, endorse, pundi-pundi uang atau lainnya, yang selanjutnya dengan mengikuti perkembangan pergaulan sosial digital, sebut saja kesemua hasil atau keuntungan itu sebagai cuan. Poin cuan ini akhirnya kian menguatkan lahirnya "generasi topping".
"Generasi topping" bukan generasi yang dikelompokkan berdasar rentang tahun kelahiran. Meskipun begitu, keberadaannya mulai muncul di tahun-tahun awal pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi digital melalui flatform digitalnya. "Generasi topping" mirip dengan generasi sandwich atau generasi strawberry, yang bisa berlaku bagi generasi di rentang waktu tertentu yang memiliki karakter seperti sandwich, strawberry atau topping.
Karakter topping menunjukkan tentang cara dirinya dalam menjadikan atau memanfaatkan segala bentuk menu makanan atau minuman sebagai tempatnya menempel, melekat, menumpang, nebeng atau menetap untuk dikenali, diminati dan kemudian dibeli---karena daya tarik baik dari bahan, tampilan, aroma maupun rasa dirinya. Bahkan tidak jarang eksistensi dirinya dapat mengambil alih popularitas menu makanan atau minuman yang menjadi tempatnya menetap dengan akhir tujuan apalagi kalau bukan agar terutama dirinya, bersama menu makanan atau minuman tempatnya menetap, laku terjual (cuan). Â
Beranjak dari semua uraian di atas, "generasi topping" adalah seseorang atau sekelompok orang yang menjadikan atau memanfaatkan berbagai flatform digital terutama flatform media sosial sebagai pijakan untuk menempatkan konten-konten di dalamnya, lalu dengan dan/atau tanpa upaya berharap dan/atau dengan sendirinya mendapatkan apresiasi (penilaian) terakumulasi maksimal, yang tentu saja bertujuan atau berujung cuan. Sederhananya, mereka adalah orang-orang yang mengontenkan dan memposting apapun demi mendapatkan cuan.
Persis seperti topping untuk menu makanan atau minuman, konten-konten yang diposting (ditempel, dilekatkan, ditumpang, ditebeng atau ditempatkan) ke berbagai platform digital dan/atau platform media sosial, tidak mengindahkan baik-buruk, benar-salah, positif-negatif, kualitas, moralitas, norma atau lainnya. Bahkan masih banyak konten yang bila diselidik atau disidik sebenarnya masuk kategori yang melanggar UU ITE.
Berangkat dari pengertian "generasi topping" yang memiliki karakter menempel, melekat, menumpang, nebeng atau menetap pada menu utama untuk mengambil alih eksistensi termasuk di dalamnya menggantikan kepopuleran menu utamanya, dan mengingat karakter topping yang mempunyai beragam jenis wujud, bentuk, rupa, aroma dan/atau rasa, maka berikut ini adalah beberapa karakter "generasi topping":
1. Generasi Privilese Topping
Karakter generasi privilese adalah karakter seseorang atau sekelompok orang yang telah memiliki keistimewaan sebelum memasuki dunia digital dan menjadikan atau memanfaatkan flatform  digital atau flatform media sosial sebagai pijakan atau menu utama atas konten-kontennya.
Mereka yang masuk kategori ini adalah mereka yang sebelumnya sudah populer atau punya nama besar. Contoh : artis-artis, para pejabat, para profesional ternama, media-media arus utama baik televisi, radio, media cetak maupun media massa daring, dan lainnya. Sehingga dengan hak istimewa yang dimilikinya, konten-konten mereka bisa jauh lebih cepat meraih metrik engagement rate di posisi atas. Konten-konten mereka umumnya merupakan konten berita, edukasi, hiburan, aktifitas kehidupan sehari-hari atau lainnya, termasuk di dalamnya berita gosip selebritas.
2. Generasi Amatir, Profesional dan Expert (APE) ToppingÂ