Mohon tunggu...
Cala
Cala Mohon Tunggu... Freelancer - Titus

Penggemar komik silat, sepakbola, meski cuma sebagai penonton.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Boikot BCS (Kali Ini) Demi Apa?

24 November 2019   16:46 Diperbarui: 24 November 2019   16:49 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Pemasangan poster yang mencemarkan nama baik, di tempat private (mall) jelas merupakan tindak pidana, yang tentu mengandung konsekuensi hukum. Penyampaian kritik, aspirasi yang tidak tepat tempatnya.

3. Tindakan pemasangan poster itu di SCH, mall besar yang tak terkait dengan PSS sebagai klub atau manajemen PT PSS yang menjadi pengelola klub itu. Poster itu ditujukan kepada Soekeno yang kebetulan merupakan pemegang saham mayoritas di PT PSS, juga mantan CEO PT PSS.

4. Perkara yang terjadi adalah antara SCH sebagai pihak yang merasa dirugikan dan mengadukan ke kepolisian, bukannya PSS dengan suporter. Sehingga boikot yang terjadi terhadap laga PSS tidaklah relevan.

Bagaimana penyelesaian masalah suporter Y ini? Dibutuhkan kedewasaan dari kedua pihak agar jangan suporter dan klub yang dikorbankan.

Klub PSS meski sudah aman dengan poin 40 (data saat ini) untuk tetap bertahan di Liga 1 musim depan tetap membutuhkan kehadiran BCS. Masih ada tiga sisa pertandingan kandang yang merupakan peluang untuk meraup tambahan poin, yakni menjamu Perseru Badak Lampung (3 Desember), Persib Bandung (6 Desember) dan PS Tira Kabo (22 Desember).

PS Sleman sedang berlatih (foto : Ist)
PS Sleman sedang berlatih (foto : Ist)
Boikot itu sendiri punya dasar yang kurang kuat karena Y sudah dipulangkan ke rumahnya. Bila BCS menganggap persoalan belum kelar, belum tuntas, harus dijelaskan dengan gambang ke publik. Sehingga suporter dan masyarakat mengetahui apa sebenarnya yang dikehendaki oleh BCS.  Suporter yang tergabung di kelompok itu yang ujungnya jadi korban, dalam arti tidak bisa hadir ke stadion memberikan dukungan seperti lazimnya selama ini.

Dari pihak Soekeno, yang dirugikan dengan adanya poster itu, tentu tidak berpikiran sempit untuk melanjutkan kasus itu, apalagi Y masih di bawah umur. Keadaan keluarganya juga cukup memprihatinkan, dengan ayahnya yang mengalami gangguan jiwa, dan ibunya bekerja di Jakarta.

Tinggal bagaimana kedua pihak, BCS dan Soekeno, bisa bertemu untuk berdialog langsung atau melalui mediasi pihak lain. Seperti yang pernah terjadi saat terjadi insiden pengeroyokan terhadap manajer Akademi Sepakbola PSS oleh suporter BCS pada 21 Juni 2019 lalu.

Semuanya demi Elang Jawa yang tetap mengepakkan sayapnya di kancah persepakbolaan Indonesia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun