Tidak mau kembali jatuh ke dalam keputusasaan, Tolstoy mencoba untuk mendekati orang-orang beragama di kalangan kaum miskin, sederhana, dan buta huruf yaitu para peziarah, rahib/biarawan, dan petani. Berbeda dengan orang-orang beragama di lingkungannya, Tolstoy menemukan bahwa seluruh hidup kaum pekerja ini mengokohkan makna kehidupan yang diberikan oleh keyakinan yang mereka anut. Makin dipikirkan, Tolstoy makin yakin bahwa mereka memiliki iman sejati yang memang mereka butuhkan dalam hidup.Â
Seluruh hidup mereka dihabiskan dalam kerja berat dan mereka puas dengan hidup seperti itu, sangat kontras dengan kehidupan orang-orang di lingkungan Tolstoy yang penuh kemalasan, hiburan, dan ketidakpuasan. Jika orang-orang di lingkungan Tolstoy menentang dan mengeluhkan nasib karena perampasan dan penderitaan, kaum pekerja itu menerima penyakit dan duka cita tanpa kebingungan dan penentangan. Mereka hanya diam dengan keyakinan kokoh bahwa semua itu baik.Â
Mereka hidup dalam penderitaan, menerima kematian, dan menderita dengan damai, bahkan dalam kebanyakan kasus dengan senang. Mereka memang kekurangan sesuatu yang bagi Tolstoy dan orang-orang di sekitarnya adalah satu-satunya kebaikan dalam hidup, namun mereka tetap memiliki banyak kebahagiaan. Bagi mereka, suka cita maupun duka cita kehidupan bukanlah sebuah kesiasiaan, melainkan kebaikan.
Mengingat keyakinan yang dulu tidak bisa diterima olehnya, Tolstoy menyadari bahwa dia melakukan sebuah kekeliruan. Pertanyaan akan hidup dan jawaban atasnya yang merupakan kemalangan memang benar, kesalahannya adalah bahwa jawaban itu hanya merujuk kepada hidup Tolstoy, padahal maksudnya ialah merujuk kepada kehidupan secara umum, yang mencakup seluruh umat manusia.Â
Ia memahami bahwa jika ingin bicara soal hidup seluruh umat manusia, maka ia harus benar-benar bicara soal hidup tersebut, bukan hanya hidup sejumlah parasit kehidupan (sebagaimana hidupnya dan hidup orang-orang disekitarnya yang dimanjakan akan hasrat untuk menjadi lebih dalam hal segala-galanya). (Saiful, 2018)
Dapat dikatakan, bahwa kini Tolstoy kembali pada keyakinan akan Tuhan, pada kesempurnaan moral dan pada tradisi yang membawa makna kehidupan. Tapi ada satu perbedaan, dulu itu semua diterimanya tanpa disadari, sedangkan kini ia tahu tanpa keyakinan akan Tuhan (iman), ia tidak bisa hidup.
References
Saiful, S. (2018). Academic English/Teaching English in Academic Context (edited). US: PT. Mandiri Nirizindo Utama CO.,/Createspace.
Tolstoy, L. (2018). A CONFESSION (Sebuah Pengakuan). Surabaya: Ecosystem Publishing.
Hukum Bisnis: Penerapan Hukum Asuransi Kerugian terhadap perlindungan Resiko E-Commerce Berbasis Portal (Indonesian Edition)
S Saiful