Ibu-ibu hami dan menyusui yang menjadi sasaran program stunting selama ini harus mengontrol kesehatan mereka ke Puskesmas, dan anak-anak balita kontrolnya juga ke Posyandu.
Badan Gizi Nasional akan menjadi aktor utama dalam melakukan intervensi gizi kepada semua kelompok sasaran program penurunan stunting. Akan tetapi, untuk pemantauan dan penyediaan fasilitas atau infrastrukturnya sudah menjadi rana dari kementerian dan lembaga terkait.Â
Semua anak yang berada dalam usia yang eligible untuk program ini berhak untuk mendapatkan makanan bergizi secara gratis. Sasaran intervensi yang dituju oleh Badan Gizi Nasional adalah ibu hamil, ibu menyusui, Balita, anak PAUD sampai SMA termasuk santri. Artinya, program penurunan stunting, terutama MBG akan mencakup sekolah-sekolah negeri dan swasta.
Rencana Pengelolaan AnggaranÂ
Terkait dengan anggaran program MBG yang diberitakan telah disetujui oleh pemerintah sebesar Rp71 triliun untuk mengkover 82,9 juta anak penerima manfaat, alokasinya akan dilakukan secara bertahap, misalnya untuk tahap pertama ditargetkan pada 20 juta kelompok penerima yang menjadi prioritas utama untuk tahun 2025, kemudian ditingkatakan lagi pada 2026. Badan Gizi Nasional akan mengoptimalkan anggaran tersebut paling lambat tahun 2027 dengan melibatkan semua anak yang menjadi penerima manfaat program MBG.
Kepala Badan Gizi Nasional tetap membuka peluang keterlibatan swasta untuk mengelola program MBG melalui CSR karena program makan bergizi gratis ini sendiri merupakan program besar yang membutuhkan kolaborasi multisektor, termasuk lembaga filantropi atau orang tua asuh.Â
Peluang kolaborasi ini dibuka seluas-luasnya oleh Badan Gizi Nasional karena dalam ketentuan anggarannya, Badan Gizi bisa berkolaborasi dengan sumber pendanaan yang tidak mengikat dan resmi.
Program penurunan stunting berbasis MBG juga hendak mendorong pertumbuhan UMKM di daerah pedesaan agar bisa berkembang lebih cepat. Salah satu kendala perekonomian di Indonesia sekarang adalah kekurangan likuiditas di pedesaan sehingga banyak sekali anak muda yang migrasi ke perkotaan untuk mencari pekerjaan.Â
Dengan program MBG ini uang akan mengalir ke desa dan menjadi trigger untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan produktivitas di desa, terutama UMKM. Dari proyek percontohan yang sudah dilakukan, satu unit pelayanan bisa mengelola uang yang cukup besar, lebih besar daripada dana desa.
Perputaran uang yang besar di desa ini harapannya bisa merangsang likuiditas keuangan sehingga mencegah urbanisasi, menarik kembali orang-orang desa yang sudah bekerja di kota, mengoptimalisasi pasar untuk produksi pangan.Â
Program MBG adalah offtaker yang jelas karena selalu ada setiap hari sepanjang tahun. Sebagai offtaker program ini bisa menjamin bahwa komoditas hasil peertanian, peternakan dan perikanan lokal sebagai pemasok komoditas pangan lokal akan terserap semaksimal mungkin.