Semua terbelalak, lidahnya ngeliur, jantungnya berdetak keras tidak karuan melihat sesosok wanita cantik yang sangat menggoda itu. Ia kelihatan pasrah pucat pasi tidak berdaya. Namun sungguh menarik dengan tubuh dan kulit yang putih mulus itu. Wuih, rasanya ingin sekali segera mendekap tubuh wanita itu.
"E, mas-mas mau apa ?" tanya wanita itu
"Hanya mau lihat, mbak saja !" jawab Parman polos.
"Rumahnya mana, kok tiduran di sini !" tanya Kirno makin penasaran.
"Saya saudaranya bu Prawiro dari Jakarta !" jawab wanita itu melemah.
"He, teruskan tidak ?!" seru Parjan sambil mengetip-ngetip matanya membeli isyarat pada wanita itu.
"Apa, mas !" tanya wanita itu agak heran.
"Ellaah..!" sergah Parjan.
"Mas-mas tidak takut terkena aids ?" kata wanita itu.
"Ah, tidak mungkin !" celetuk Parman.
"Ya, terserah mas-mas saja. Sebelumnya sudah saya ingatkan ! Ayo, siapa dulu yang berani ?!" sahut wanita itu sembari melepas satu persatu benik pakaiannya sampai tampaklah dada montok putih mulus itu. Tiga lelaki itu terperangah gerah. Mereka membuka satu persatu pakaiannya. Mereka sudah lupa diri, tidak ingat lagi pada anak dan istri.