Parjan seperti mimpi saja bisa duduk berduaan dengan wanita secantik itu. Gairah libidonya semakin naik. Apalagi wanita itu seperti sengaja duduk membelakangi Parjan. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Parjan untuk memandangi sekujur tubuh wanita cantik itu. Lekuk-lekuk tubuhnya, pinggul, pantat, rambut, pipi, paha dan betisnya. Aduhai,Parjan betul-betul terpesona.Baru memperhatikan seperti itu, wanita itu membalik menatap Parjan. Ia tidak marah, tetapi justru malah tersenyum manis dan makin manja.
"Mas, sini !" kata wanita itu.
"E, jangan mbak ?" jawab Parjan geragapan.
"Ayolah ! Masak duduk berdekatan saja tidak mau ?" rayu wanita cantik itu.
"Aku...Aku mau pulang saja,mbak !" jawab Parjan sekenanya.
Jantung Parjan seperti mau copot, berdebar- debar gugup tidak karuan. Parjan berlarian berat meninggalkan tempat itu. Tetapi ia tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke tempat tongkrongan teman-temannya. Dengan kata yang yang di lebih-lebihkan Parjan mengajak dua teman akrabnya.
"Apa betul ?" tanya Parman temannya.
"Iya, ayo buktikan kalau tidak percaya ?" tantang Parjan mantap.
Mereka menuju gubuk di pinggir kampung itu.
"Nah, itu orangnya masih ada !" kata Parjan bersemangat.
"Wow, cantik sekali !" celetuk Kirno teman satunya.