Mohon tunggu...
SULISTIYONO KALIANGKRIK
SULISTIYONO KALIANGKRIK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal Elalui Pembemlajaran Di Sekolah

18 Desember 2023   00:10 Diperbarui: 18 Desember 2023   00:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak: Tantangan saat ini dan masa yang akan datang dituntut kemampuan kita

menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa.

Kebijakan dan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan

lokal di sekolah menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka

membangun bangsa sehingga dapat berfungsi sebagai salah satu

sumber nilai-nilai yang luhur. Kearifan lokal merupakan modal utama

masyarakat dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial

yang adaptif dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal

dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dalam struktur

sosial masyarakat dan memiliki fungsi sebagai pedoman, pengontrol,

dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam berbagai dimensi dalam

kehidupan. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang program

pembelajaran dengan memperhatikan ranah afektif sebagai salah satu

karakteristik manusia dalam hasil belajar, walau memerlukan waktu

yang lama.Terintegrasinya pendidikan karakter dalam muatan

keunggulan lokal pada proses pembelajaran, akan sesuai dengan

lingkungan yang ada dan dialami peserta didik dalam rangka

mengaitkan pembelajaran dengan kejadian nyata sehingga dapat

menciptakan proses pembelajaran yang bermakna. Secara teoritis,

pengembangan karakter berbasis potensi diri belum diajarkan di

sekolah sekolah, namun secara praktis telah diaplikasikan dan

dipraktekkan oleh siswa di kelas maupun di lingkungan sekolah.

Pendahuluan
Maraknya peristiwa yang
mendera bangsa kita saat ini pun
sudah merambak pada golongan elit
sehingga meningkat pula kriminalitas,
tingginya kasus korupsi, dan
penegakan hukum yang sepertinya
masih jauh dari harapan nilai
keadilan. Kejadian tersebut memberi
kesan seakan-akan bangsa kita sedang
mengalami krisis etika dan krisis
kepercayaan diri yang
berkepanjangan. Peristiwa demi
peristiwa di atas menunjukkan
segelintir sebuah kegagalan dalam
bidang pendidikan. Kegagalan

pendidikan yang paling fatal

adalah ketika produk didik tak lagi

memiliki kepekaan nurani yang

berlandaskan moralitas, sense of

humanity. Padahal substansi

pendidikan adalah memanusiakan

manusia, menempatkan kemanusiaan

pada derajat tertinggi dengan

memaksimalkan karya dan karsa.

Ketika tak lagi peduli, bahkan

secara tragis, berusaha menafikkan

eksistensi kemanusiaan orang lain,

maka produk pendidikanberada

pada tingkatan terburuk.

Berdasarkan kenyataan tersebut,

pendidikan nilai/moral memang

sangat diperlukan atas dasar argumen

adanya kebutuhan nyata dan

mendesak. Dalam Permendiknas

N0.45/2006 setiap rumusan SKL

secara implisit dan eksplisit termuat

substansi nilai/karakter.

Dewasa ini dalam

masyarakat yang cepat berubah,

pendidikan karakter bagi anak

merupakan hal yang sangat penting.

Hal ini disebabkan pada era global,

anak akan dihadapkan pada banyak

pilihan tentang nilai yang buruk

dianggapnya baik atau sebaliknya.

Pertukaran dan pengikisan nilai-

nilai suatu masyarakat tersebut akan

terjadi secara terbuka. Nilai-nilai

yang dianggap baik oleh suatu

kelompok masyarakat bukan tak

mungkin akan menjadi luntur

digantikan oleh nilai-nilai baru yang

belum tentu cocok dengan budaya

masyarakat. Nilai bagi seseorang

tidaklah statis, akan tetapi selalu

berubah. Setiap orang akan

menganggap sesuatu itu baik sesuai

dengan pandangannya pada saat itu.

Oleh sebab itu, sistem nilai yang di-

miliki seseorang itu bisa dibina dan

diarahkan. Apabila seseorang

menganggap nilai agama adalah di

atas segalanya, maka nilai-nilai

yang lain akan bergantung pada nilai

agama itu. Dengan demikian, sikap

seseorang sangat tergantung pada

sistem nilai yang dianggapnya paling

benar, dan kemudian sikap itu yang

akan mengendalikan perilaku orang

tersebut.

Tantangan saat ini dan masa

yang akan datang, bagaimana kita

mampu menempatkan pendidikan

karakter sebagai sesuatu kekuatan

bangsa. Oleh karena itu, kebijakan

dan implementasi pendidikan yang

berbasis karakter di sekolah menjadi

sangat penting dan strategis dalam

rangka membangun bangsa ini.

Kearifan lokal dapat berfungsi

sebagai salah satu sumber nilai-nilai

yang luhur. Dengan kata lain, kearifan

lokal bisa menjadi sumur yang tak

kunjung kering di musim kemarau

panjang, nilai-nilai kebijaksanaan

bagi perwujudan cita-cita bangsa

yang seimbang, baik secara lahiriah

maupun batiniah. Di samping

berfungsi sebagai penyaring bagi

nilai-nilai berasal dari luar, kearifan

lokal dapat juga digunakan untuk

meredam gejolak-gejolak yang

bersifat intern. Misalnya konflik

masyarakat yang sesuku atau antar

suku. Upaya promosi nilai-nilai luhur

dalam kebudayaan tertentu secara

formal akan menimbulkan apresiasi

dan rasa bangga terhadap nilai-nilai

tersebut. Dengan demikian akan

timbul semangat yang kuat untuk

menerapkannya dalam kehidupan

bermasyarakat.

Tantangan globalisasi dan

proses demokrasi yang semakin kuat

dan beragam disatu pihak, dan dunia

persekolahan sepertinya lebih

mementingkan penguasaan dimensi

pengetahuan dan mengabaikan

pendidikan nilai/moral saat ini,

merupakan alasan yang kuat bagi

Indonesia untuk membangkitkan

komitmen dan melakukan pendidikan

karakter. Pendidikan karakter bangsa

diharapkan mampu menjadi alternatif

solusi berbagai persoalan tersebut.

Kondisi dan situasi saat ini

tampaknya menuntut pendidikan

karakter yang perlu

ditransformasikan. Berangkat dari

rasa keprihatinan atas kondisi bangsa

kita dengan maraknya peristiwa-

peristiwa yang terjadisaat ini,

memberi kesan seakan-akan bangsa

kita sedang mengalami krisis etika

dan krisis kepercayaan diri yang

berkepanjangan. Berdasarkan

kenyataan tersebut, pendidikan

nilai/moral memang sangat

diperlukan atas dasar argumen adanya

kebutuhan nyata dan mendesak

berdasarkan kearifan lokal, dan dapat

dilaksanakan melalui pembelajaran

afektif di sekolah.

Pembahasan

A.Model Pendidikan Karakter

Komitmen Nasional tentang

perlunya pendidikan karakter, secara

imperatif tertuang dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Pasal 3 UU tersebut

dinyatakan bahwa "Pendidikan

Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab". Jika dicermati 5

(lima) dari 8 (delapan) potensi

peserta didik yang ingin

dikembangkan sangat terkait erat

dengan karakter.

Urgensi dari pelaksanaan

komitmen nasional pendidikan

karakter, telah dinyatakan pada

Sarasehan Nasional Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa sebagai

Kesepakatan Nasional Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa yang menyatakan bahwa:

(a). "Pendidikan budaya dan karakter

bangsa merupakan bagian integral yg

tak terpisahkan dari pendidikan

nasional secara utuh; (b). Pendidikan

budaya dan karakter bangsa harus

dikembangkan secara komprehensif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun