Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun Terakhir

22 Agustus 2020   08:03 Diperbarui: 22 Agustus 2020   07:55 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa tidak ada orang lain yang bisa kamu ajak bicara?" tanya Herman dalan pikirannya.

"Hey, jangan salahkan aku tentang ini. Kamu sendiri yang memiliki kemampuan itu kan? Jadi terima saja nasibmu itu. Baiklah..." si mata hitam kelam itu mengalihkan pandangannya ke kasir pria yang tadi melayani Herman. 

"Apa yang kamu lihat dari orang itu, Herman?" tanya si mata hitam kelam itu. 

Herman menatap kasir pria, tubuhnya bertumpu pada belulang sedikit daging, wajahnya bersih dengan mata terlihat perih, dia berkepala langit, berhati hutan yang rimbun. Ada banyak orang yang telah dilihat Herman, namun tidak semua orang adalah manusia.

"Hidup ini hanyalah berisi akibat, kamu pernah mengatakan hal itu. Kata-kata itu kamu dapat dari seorang penulis kan? Aku pikir itu benar, Herman," ucap si mata hitam tanpa melepaskan pandangan dari kasir yang sedang melayani pelanggan minimarket. 

Herman menatap si mata hitam yang tetap berada di depannya. Sosok astral yang ditatapnya membalas menatap.

"Kamu beruntung Herman karena dapat melihatku. Di dunia yang semakin tidak jelas ini, yang gaib akan ditelan zaman."

Herman menelaah perkataan sosok astral di depannya.

Di masa yang serba canggih ini, manusia melupakan sosok gaib. Manusia terbagi-bagi. Sebagian melupakan yang gaib, sebagian meragukan yang gaib, sisanya mempercayai yang gaib namun tak dapat menemukannya.

Herman mendengar suara hembus nafas yang berkurang. Kepalanya menunduk menatap gelas kopi hitamnya yang telah dingin. 

Si kasir keluar berjalan keluar minimarket, menatap mobil box yang baru datang membawa barang suplai dari distributor besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun