"Terima kasih, Bu," katanya lemah.
Tak terasa waktu berjalan. Usia kedua buah hati Mariana sudah dua tahun. Mariana memberi mereka nama Tirta, artinya air penyejuk dan Bulan artinya penerang di malam hari.
Mariana terus mengasuh kedua puterinya dengan sabar. Ucapan-ucapan wanita di rumah sakit terus mengiang-ngiang di area pendengarannya seolah-olah menjadi alarm bagi hidup Mariana yang kadang masih labil.
"Terima kasih orang baik," gumam Mariana setiap ia mengingat wanita itu. Kadang Mariana merindukan dan ingin sekali bertemu kembali dengan wanita yang pernah mengobati kekosongan hatinya. Namun ia tidak tahu ke mana harus ia cari.
Melihat kenyataan kedua puterinya, Mariana kadang putus asa. Kesulitan keuangan membuatnya harus meredam keinginannya berobat ke dokter. Mariana hanyalah seorang penjual makanan di depan rumahnya. Air matanya sering berserak dalam sunyi, tak mampu ia retas saat melihat Tirta dan Bulan tidak dapat berjalan normal.
Hal yang dilakukan Mariana adalah sabar melatih anaknya duduk tegak dan melatih otot lengan dan jari-jarinya. Ia hanya ingin agar kedua anaknya mempunyai keterampilan berguna dalam perjalanan hidupnya kelak.
Setiap hari Mariana mengamati pertumbuhan anaknya dan mempelajari bidang apa yang menjadi minat Tirta dan Bulan.
Memasuki usia empat tahun, Tirta sudah memperlihatkan tanda-tanda ia berminat di seni lukis. Sedangkan Bulan sangat menyukai jika dibacakan dongeng. Di saat kekuatan jari-jari anak-anak itu sudah bisa digunakan, Mariana harus menguras tabungannya untuk membelikan kebutuhan kedua anaknya. Dibelikannya Tirta peralatan melukis yang sederhana, juga Bulan dibelikannya buku bacaan bekas.
Setiap malam Mariana membacakan dongeng atau cerita anak pada kedua anaknya. Tetapi ia selalu bingung setiap mengingat celebral palsy. Bahkan melafazkan saja susah. Apalagi mengerti.
Mariana terus mengusahakan penyembuhan kedua anaknya dengan ramuan dari dedaunan di hutan dan mencari orang pintar di desa tetangganya.
Setiap malam Mariana tiada lelah mengajarkan anaknya baca tulis meskipun tubuhnya sering kuyu. Beruntunglah otak anak-anaknya sehat sehingga mudah menerima pelajaran yang diberikan Mariana.