MENGATASI BALITA YANG MENGAMUK (TEMPER TANTRUM)
Sukir Santoso
Di sebuah toko swalayan seorang balita usia 3 tahun menunjuk sebuah pedang mainan yang dapat mengeluarkan sinar. Ibunya enggan untuk membelikannya, karena pedang mainan Dark Saber itu selain mahal juga akan berbahaya untuk anak balita seusianya.
"Belikan! Belikan!,"teriak anak itu.
"Besok ya sayang, bila adik sudah besar pasti ibu belikan,"kata ibunya membujuk.
"Pokoknya beli! Beli!Beli!"
Karena ibunya terus menolak, anak itu menangis sambil berteriak-teriak, mengamuk, Â berguling-guling dan kakinya menendang-nendang kesana kemari, dan memukul benda si sekitarnya.
Ibunya berusaha membujuk tetapi sia-sia. Anak itu terus berteriak dan mengamuk.
Nah, kejadian sering terjadi pada anak seusianya. Dalam contoh ini, anak menunjukkan ledakan emosi yang dikenal dengan istilah temper tantrum (rewel - bahasa Jawa). Karena tidak dibelikan mainan yang diinginkannya, anak merasa frustrasi dan kesal karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.Â
Sementara anak tersebut  belum memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka dengan cara yang lebih dewasa. Anak mulai menangis, berteriak, dan menendang-nendang dan memukul barang di sekitarnya sebagai ekspresi emosinya.
Temper tantrum adalah ledakan emosi yang melibatkan perilaku yang sulit dihadapi, seperti menangis, berteriak, mengamuk, menendang, atau memukul. Temper tantrum pada anak biasanya terjadi saat mereka merasa frustrasi, kesal, kecewa, atau merasa tidak dihargai, tetapi mereka belum bisa mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka dengan kata-kata.
Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia toddler (1-3 tahun), namun dapat terjadi pada anak-anak yang lebih besar juga. Pada usia ini, anak-anak belum sepenuhnya memiliki kemampuan bahasa dan pemahaman yang cukup untuk menyampaikan perasaan dan keinginan mereka dengan kata-kata, sehingga mereka cenderung menunjukkan perasaan mereka melalui perilaku.
Temper tantrum dapat menjadi pengalaman yang sangat melelahkan dan stresful bagi orang tua dan pengasuh, terutama jika anak mengalami temper tantrum secara terus-menerus atau dalam situasi yang tidak diharapkan.
Disamping itu jika temper tantrum pada anak tidak ditangani dengan baik, ini dapat berdampak negatif pada anak dan perkembangan psikologisnya.
Masalah kesehatan mental
 Anak yang sering mengalami temper tantrum yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan perilaku agresif.
Ketika anak merasa frustrasi atau tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata, mereka mungkin mulai mengamuk dan menunjukkan perilaku agresif seperti memukul, menendang, atau merobek barang-barang.Â
Jika orang tua tidak memberikan dukungan dan pengertian pada anak dalam menghadapi situasi sulit dan tidak mengajarkan cara yang tepat untuk mengelola emosi mereka, anak mungkin akan terus mengalami temper tantrum dan mengembangkan perilaku agresif.
Kesulitan sosial
Anak yang sering mengalami temper tantrum yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan sosial yang sehat.
Anak yang cenderung agresif dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan sosial yang sehat, sehingga memperburuk masalah mereka.
Perkembangan emosi yang terganggu
Anak yang sering mengalami temper tantrum yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami gangguan dalam perkembangan emosinya, seperti kesulitan dalam mengelola emosi negatif dan mungkin mengalami penurunan tingkat kepercayaan diri.
Gangguan belajar
 Anak yang sering mengalami temper tantrum yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami kesulitan dalam belajar, karena kesulitan dalam mengatur emosi dan konsentrasi.
Perlunya penanganan yang tepat
Penting bagi orang tua untuk mengatasi temper tantrum pada anak dengan cara yang baik dan mengajarkan anak cara yang positif dan sehat untuk mengelola emosi mereka.Â
Jika anak menunjukkan perilaku agresif, orang tua harus memberikan pengarahan yang jelas bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima dan membantu anak menemukan cara yang lebih baik untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang positif dan sehat.
Penanganan yang tidak tepat, seperti memberikan hukuman fisik atau verbal yang keras, bisa membuat anak merasa tidak aman dan tidak dihargai. Hal ini dapat memperburuk perilaku anak dan menyebabkan peningkatan intensitas temper tantrum di masa depan.
Penanganan yang salah terhadap anak yang sedang mengalami temper tantrum dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan karakter anak.
Penting untuk diingat bahwa anak-anak membutuhkan dukungan, pengertian, dan ketenangan dari orang dewasa di sekitarnya ketika mereka mengalami temper tantrum. Dalam jangka panjang, pengalaman positif dan dukungan yang konsisten akan membantu anak mengembangkan keterampilan emosional dan sosial yang sehat, memperkuat kepribadian dan karakter positif, serta membantu mengurangi kemungkinan perilaku menyimpang di masa depan.
Dr. Laura Markham, ahli psikologi klinis yang juga seorang penulis dan pendiri Aha! Dr. Markham juga dikenal karena bukunya yang berjudul "Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting" yang membahas tentang cara mengatasi temper tantrum pada anak dengan pendekatan yang positif dan berfokus pada koneksi emosional antara orang tua dan anak. Ia menekankan pentingnya membangun hubungan yang baik dan saling percaya dengan anak, serta mengajarkan orang tua untuk memahami kebutuhan dan perasaan anak.
Dr. Markham juga menyarankan bahwa orang tua perlu memperhatikan konteks dan penyebab temper tantrum pada anak, serta memberikan dukungan dan pengertian pada anak ketika ia mengalami emosi yang kuat. Ia menekankan pentingnya mengajarkan anak untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang positif dan efektif, serta menggunakan metode komunikasi yang efektif untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya.
Selain itu, Dr. Markham juga menekankan pentingnya memberikan penguatan positif pada anak dan menghindari menggunakan hukuman atau kritik yang berlebihan. Ia menyarankan agar orang tua lebih fokus pada memberikan penguatan positif dan memperkuat koneksi emosional dengan anak, sehingga anak merasa lebih aman dan nyaman dalam memperlihatkan perilaku yang baik.
Secara keseluruhan, Dr. Laura Markham memiliki pendekatan yang sangat positif dan mendukung pada orang tua dan anak. Ia menekankan pentingnya membangun hubungan yang sehat dan bermakna dengan anak, serta menggunakan metode komunikasi dan penguatan positif untuk membantu anak mengelola emosinya dengan cara yang lebih positif dan efektif.
Sementara itu, Dr. Tina Payne Bryson adalah seorang ahli psikologi klinis dan penulis buku yang terkenal dalam bidang pendidikan anak. Ia dikenal karena karyanya yang membahas tentang keterampilan emosional dan sosial anak, termasuk cara mengatasi temper tantrum pada anak.
Dr. Bryson memiliki pendekatan yang sangat positif dan berfokus pada mengembangkan keterampilan sosial dan emosional anak. Ia menekankan pentingnya memperkuat hubungan antara orang tua dan anak, serta memberikan dukungan dan pengertian pada anak dalam menghadapi situasi yang sulit.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah buku yang berjudul "The Whole-Brain Child", yang ditulis bersama dengan Dr. Dan Siegel. Buku ini membahas tentang cara mengembangkan keterampilan emosional dan sosial anak dengan memperkuat koneksi antara otak kanan dan kiri anak. Dr. Bryson juga menyarankan agar orang tua menggunakan metode yang lebih positif dalam menghadapi anak yang sedang mengalami temper tantrum, seperti memberikan pilihan atau mengalihkan perhatian anak ke hal-hal yang lebih positif.
Selain itu, Dr. Bryson juga menekankan pentingnya memberikan penghargaan dan penguatan positif untuk perilaku yang baik pada anak. Ia menyebutkan bahwa dengan memberikan penguatan positif, anak akan lebih termotivasi untuk melakukan perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang buruk.
Secara keseluruhan, Dr. Tina Payne Bryson memiliki pendekatan yang positif dan berfokus pada memperkuat keterampilan emosional dan sosial anak. Ia menekankan pentingnya memberikan dukungan dan pengertian pada anak, serta menggunakan metode yang lebih positif dalam mengatasi masalah perilaku anak.
Dr. Ross Greene, seorang ahli psikologi klinis, Â terkenal karena pendekatannya yang inovatif dalam menghadapi anak yang mengalami temper tantrum dan masalah perilaku lainnya. Dr. Greene menggunakan pendekatan yang disebut Collaborative & Proactive Solutions (CPS), yang berbasis pada kolaborasi antara orang tua dan anak untuk mengatasi masalah perilaku anak.
Pendekatan CPS ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih kooperatif dan saling mendukung antara orang tua dan anak, dengan memperkuat keterampilan sosial dan emosional anak serta memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak. Dr. Greene mengajarkan orang tua untuk melihat masalah perilaku anak sebagai hasil dari ketidakmampuan anak dalam menyelesaikan masalah tertentu atau memenuhi kebutuhan tertentu, dan bukan sebagai tindakan bermaksud buruk atau manipulatif.
Dalam pendekatan CPS, orang tua diajarkan untuk melakukan empat tahap yang dikenal sebagai Collaborative Problem Solving (CPS) dengan anak mereka, yaitu:
Empathy. Â Orang tua memperlihatkan empati terhadap anak dan mencoba untuk memahami perspektif anak tentang masalah yang sedang dihadapi.
Define the problem. Orang tua dan anak bekerja sama untuk mendefinisikan masalah secara spesifik dan objektif, serta mencari tahu apa yang menghalangi anak dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Invitation. Orang tua dan anak bekerja sama untuk mencari solusi yang memuaskan untuk masalah yang sedang dihadapi. Orang tua memberikan opsi dan solusi yang dapat dipertimbangkan oleh anak, dan anak diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
Follow-up. Orang tua dan anak mengevaluasi solusi yang telah dipilih dan mencari tahu apakah solusi tersebut berhasil atau tidak. Jika solusi yang dipilih tidak berhasil, orang tua dan anak akan mencari solusi lain yang lebih sesuai.
Dalam pendekatan CPS, Dr. Greene menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama antara orang tua dan anak dalam mengatasi masalah perilaku anak. Dengan cara ini, anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik, sementara orang tua dapat membantu anak mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih efektif dan positif.
Menganut beberapa ahli di atas untuk menghadapi anak yang memperlihatkan temper tantrum orang tua perlu tetap tenang, mengajak anak untuk berbicara, memberikan kesempatan anak untuk tenang, berikan pengalihan perhatian dengan bijak, berikan perhatian positif, dan jangan berikan hukuman atau ancaman.
Tetap tenang
Jangan memperlihatkan emosi yang sama dengan anak Anda, seperti marah atau frustasi, karena ini hanya akan memperburuk situasi dan meningkatkan intensitas temper tantrum anak.
Ajak anak untuk berbicara
Cobalah untuk berbicara dengan anak Anda dan ajak dia untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana dia merasa. Dengan cara ini, anak Anda dapat merasa didengarkan dan dipahami. Penting untuk membangun hubungan yang sehat dan bermakna dengan anak, serta menggunakan metode komunikasi dan penguatan positif untuk membantu anak mengelola emosinya dengan cara yang lebih positif dan efektif.
Orang tua memperlihatkan empati terhadap anak dan mencoba untuk memahami perspektif anak tentang masalah yang sedang dihadapi.
Orang tua harus mencari solusi yang memuaskan untuk masalah yang sedang dihadapi. Orang tua memberikan opsi dan solusi yang dapat dipertimbangkan oleh anak, dan anak diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
Berikan kesempatan anak untuk tenang
Ajarkan anak untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang positif dan efektif, serta menggunakan metode komunikasi yang efektif untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya.
Pentingnya kolaborasi dan kerjasama antara orang tua dan anak dalam mengatasi masalah. Berikan kesempatan  pada untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik, sementara orang tua dapat membantu anak mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih efektif dan positif.
Ajak anak Anda untuk pergi ke tempat yang tenang, seperti kamar tidur atau ruang tamu, agar dia dapat tenang dan meredakan emosinya. Berikan Latihan menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam.
Berikan pengalihan
Orang tua harus menggunakan metode yang lebih positif dalam menghadapi anak yang sedang mengalami temper tantrum, seperti memberikan pilihan atau mengalihkan perhatian anak ke hal-hal yang lebih positif. Berikan anak Anda aktivitas yang dapat membuat dia merasa tenang dan fokus, mewarnai gambar, jalan-jalan atau bermain-main.
Berikan perhatian positif
Setelah anak Anda tenang, berikan pujian dan perhatian positif untuk perilaku yang baik. Hal ini dapat membantu memperkuat perilaku positif pada anak dan mengurangi kemungkinan temper tantrum di masa depan. Orang tua harus  lebih fokus pada memberikan penguatan positif dan memperkuat koneksi emosional dengan anak, sehingga anak merasa lebih aman dan nyaman dalam memperlihatkan perilaku yang baik.
Dengan memberikan penguatan positif, anak akan lebih termotivasi untuk melakukan perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang buruk
Jangan memberikan hukuman atau ancaman
Hindari menggunakan hukuman atau kritik yang berlebihan. Orang tua harus lebih fokus pada penguatan positif dan memperkuat koneksi emosional dengan anak, sehingga anak merasa lebih aman dan nyaman dalam memperlihatkan perilaku yang baik. Â Jangan mengancam atau memberikan hukuman kepada anak saat ia sedang temper tantrum. Hal ini hanya akan memperburuk situasi dan membuat anak lebih frustasi, dan akan mengembangkan perilaku buruk di masa mendatang.
Ingatlah bahwa temper tantrum adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak, dan itu bukan tanda bahwa anak Anda adalah anak yang buruk atau sulit. Cobalah untuk tetap sabar dan konsisten dalam menghadapi temper tantrum anak Anda dan selalu berikan dukungan dan perhatian yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H