Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pejuang Sejati

9 Agustus 2021   11:20 Diperbarui: 9 Agustus 2021   12:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jukikanju ditanganku memuntahkan peluru dengan beringas untuk melindungi pasukan BKR dan para pejuang. Kulihat Faridan berhasil mendekati penembak mitraliur dari belakang. Penembak mitraliur itu roboh. Namun Faridanpun roboh pula oleh terjangan peluru yang ditembakkan dari balik jendela markas. Beberapa pemuda mengangkatnya menjauh dari medan petempuran.

Di sebelah lain Bagong Ngadikan roboh, setelah berhasil menghunjamkan bambu runcingnya di dada tentara Jepang. Semakin siang banyak korbah jatuh baik dari pihak Jepag maupun pejuang. Setiap kali ada pejuang yang  roboh kena terjangan peluru. Namun keberanian mereka tak pernah surut. Pertempuran menjadi semakin sengit dan banyak tentara Jepang yang roboh karena terjangan peluru maupun hunjaman bambu runcing.

Ketika pertempuran sedang gencar berlangsung, seorang kurir dari markas Jepang di Pingit menemui komandan TKR, dan menyampaikan pesan dari Butaico di markas Jepang di Pingit.

Butaico di Pingit mau menyerahkan senjatanya asal anak buahnya tidak diapa-apakan. Kemudian komandan TKR mayor Soeharto meminta kepada butaico tu untuk menasehati butaico Otsuka supaya mau menyerahkan senjatanya. Namun mayor Otsuka tetap tidak akan menyerah.

Sekitar pukul 10.15 RP Soedarsono dan Moh Saleh berhasil memasuki markas dan menemui mayor Otsuka. RP Soedarsono sekali bertanya kepada butaico Atsuka mau menyerah atau tidak. Akhirnya Mayor Atsuka hanya mau menyerahkan senjata kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Kemudian pada pukul 10.30 bendera putih dikibarkan di Markas Otsabutai itu. Itu artiya Jepang menyerah. Dan pertempuran berakhir dengan kemenangan para pejuang.

Sebanyak 360 tentara Jepang di Kido Butai Kotabaru berhasil ditawan sedang 27 tentara lainnya tewas.

Kemenangan pada pertempuran Kotabaru ini semakin memberikan semangat para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan disamping menambah persenjataan untuk BKR.

Namun kemenangan dalam pertempuran itu juga ditebus dengan gugurnya 21 pahlawan bangsa dan puluhan luka-luka. Faridan M Noto, Muhammad Wardani, Abu Bakar Ali, I Dewa Nyoman Oka, Amat Djazuli, Bagong Ngadikan, Suroto, Syuhada, Sudjijono, Sunaryo, Supadi, Djuwadi,   Hadidarsono, Sukartono, A. Djohar Nurhadi, Sabirin, Mohammad Saleh, Trimo, Ahmad Zakir,    Umar Kalipan, Atmo Sukarto telah gugur menjadi kusuma bangsa.

Selamat jalan pahlawanku. Dikaulah Pejuang-Pejuang sejati. Jasamu akan selalu kami kenang.

Yogyakarta Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun