Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pejuang Sejati

9 Agustus 2021   11:20 Diperbarui: 9 Agustus 2021   12:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Siyaaap.'jawab kami serempak.

Faridan M Noto adalah seorang bekas anggota PETA berpangkat shodanco yang bergabung ke Polisi Istimewa. Rumahnya di kampung Beji dekat Pura Pakualaman. Dia merupakan angota PI yang selalu dekat dengan para pemuda. Dia terkenal ramah dan supel namun pemberani walaupu cenderung agak mbandel.

Rapat di rumah kediaman Mayor Otsuka, seorang petinggi militer Jepang di Yogyakarta, dihadiri tokoh pemuda, KNID, BKR dan PI. Dari pihak Indonesia diwakili oleh Moh Saleh dari KNID, RP Soedarsono dari PI dan Bardosono, dan Sunjoto dari TKR, serta beberapa dari perwakilan pemuda. Sedang dari pihak Jepang dihadiri oleh Mayor Otsuka, Sazaki dan Kapten Ito. Dalam perundingan itu perwakilan Indonesia meminta agar persenjatan Jepang di Mase Butai, gudang senjata yang berada di Kotabaru, diserahkan ke pihak Indonesia.

Sementara itu sejak pukul 23.00 masyarakat dan pemuda berkumpul di sekitar Kotabaru. Pasukan TKR ang dipimpin oleh mayor Soeharto siap dari sebelah barat. Pasukan PI siap dari bagian selatan. Mereka sudah tidak sabar lagi untuk menunggu hasil perundingan.

Sampai pukul 03.00 waktu Jakarta, dinihari tanggal 7 Oktober 1945 perundingan buntu. Mayor Otsuka tetap tidak mau menyerahkan persenjataan di mase butai kepada pihak Indoesia. Dia ingin mengulur waktu hingga pukul 10.00 karena ia masih harus minta ijin kepada jenderal Nakamura di Magelang.

Karena perundingan buntu. Petinggi TKR memutuskan untuk melakukan penyerbuan pada pukul 04.00 dinihari. Rencana penyerbuan itu telah direstui  oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ix. Bahkan Sri Sultan memerintahan kepada semua elemen masyarakat ikut dalam penyerbuan itu.

Pemuda Kauman, Pathuk, Beji, dan dari seluruh kampung di Yogyakarta siap untuk ikut dalam penyerbuan itu. BKR yang bermarkas di benteng Van Den Brug dipimpin oleh Mayor Soeharto. Polisi Indonesia dipimpin oleh RP Soedarsono.

Faridan menyampaikan pesan berantai ke seluruh pemuda yang sudah tidak sabar menunggu sejak pukul 23.00. di sekitar Kotabaru.

Tepat pukul 04.00 sebuah granat dari pasukan TKR meledak. Dan bergeraklah semua pemuda dan masyarakat bersama dengan pasukan TKR dan PI maju menyerbu. Tembakan senapan, lemparan granat, diantara pekikan merdeka dan Allahu Akbar memecah pagi yang masih nyenyak.

Pihak jepang membalas dengan tembakan senapan mitraliur menghujani para pemuda dan pejuang yang dengan gagah berani terus merangsek mendekati markas. Wardani, Supadi, Bagong bersama para pemuda yang bersenjatakan bambu runcing bergerak semakin maju.

Pasukan TKR dan PI dengan senjata lengkap terus menyerbu. Faridan M Noto dengan senapan otomatisnya memberondong kearah tentara Jepang yang bertahan dari balik jendela markas. Sambil sekali-sekali berteriak memberikan aba-aba kepada pemuda di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun