Bapak yang telah membesarkanya, bapak yang telah menghiburnya, membiayai sekolahnya dan mendampinginya tumbuh. Kenangan-kenangan bersama bapak yang tidak bisa terlupakan.
Bapak yang sama sekali tidak marah ketika bola yang dia tendang mengenai badanya, Bapak yang memberikan uang saku pagi buta sebelum dia berangkat kerja. Ketika pemuda itu masih tidur.
Bapak yang rela mencarikan uang  agar dia bisa ikut temen-temen sekolahnya pergi ke Bali. Yang jumlahnya tidak sedikit.
Terus air mata Pemuda itu menetes membasahi kelopak matanya, sepanjang perjalanan.
Pukul 02.00 dini hari terdengar suara, kereta telah sampai di stasiun Madiun. Penumpang dipersilahkan turun. Dengan gontai dan terlihat lusuh pemuda tersebut turun diikuti mas Tik.
Begitu tiba di halaman parkir stasiun, mereka bergegas naik taxi. Tanpa banyak kata taxi melunjur. Karena hari masih pagi, untuk sampai rumah tidak memakan waktu lama.
Begitu turun dari taxi, pemuda tersebut melihat rumah yang terang dengan lampu. Pintu yang masih terbuka. Dengan bergegas dia segera berjalan menuju rumah dan mengucapkan salam.
Seketika itu pula dia berhambur memeluk ibunya dan menangis….Pemuda tersebut menangis tersedu, Bapaknya telah pergi untuk selama-lamanya tanpa dia bisa bertemu untuk terakhir kalinya. Dia menyesal tidak bisa bertemu dengan bapaknya.
( Tepat 9 tahun yang lalu kejadian itu terjadi. 14 Agustus 2002. Akulah pemuda itu )
Bapak maafkanlah anakmu... pesanmu akan selalu aku ingat dan jalankan.
Aku merindukanmu......