“ Ayo kita ke SENEN, kali aja masih ada kereta “ kata mas Tik.
Mereka naik taxi menuju Stasiun Senen. Begitu sampai stasiun senen buru-buru mereka kea rah loket, untuk menanyakan apakah masih ada jadwal keberangkatan kereta api.
“ Kereta api jurusan madiun paling cepat nanti jam 14.00 mas” kata petugas.
Lemas sudah mereka berdua,dan akhirnya mereka memilih tetap menunggu jadwal keberangkatan kereta. Dengan pertimbangan sudah tidak ada alternatif lagi.
Naik bis, bakalan lebih lama sampai rumah. Naik pesawat sangat tidak mungkin dengan waktu yang mepet dan tentunya harga yang tidak murah.
Sambil menunggu kereta api, mereka duduk di dalam stasiun. Rasa lapar sudah tidak dirasakan lagi. Sampai tiba sholat dhuhur, mereka sholat di mushola stasiun.
Pukul 13.00 HP mas Tik bunyi.
“ Halo…., iya,… gimana…. Sudah ??. walaikum salam wr wb” haya itu kata yang diucapkan mas Tik.
“ Gimana mas??” Tanya pemuda tersebut.
“ Bapak sudah selesai dimakamkan” kata mas Tik pelan.
Memerah mata pemuda tersebut mulai basah dengan titik air mata. Dia hanya bisa diam. Sampai ketika kereta tiba, dan dia masuk ke gerbong . Sepanjang jalan tak ada sepatah katapun keluar dari mulut pemuda tersebut. Dia tak peduli dengan suara di sekitarnya. Pandangan nya keluar lewat kaca jendela kereta. Siang merangkat sore dan senja, pemuda tersebut terpenjara dalam ingatannya tentang bapaknya.