Setelah itu saya dan beberapa teman juga sering mengeluh masalah gigi. Biasanya mengeluh gigi goyang dan nyeri. Masalah seperti itu tidak harus ke puskesmas, sebab terlalu jauh dan terkesan ribet.
Kalau ada anak yang giginya mulai goyah, biasanya disuruh untuk menahan rasa sakitnya saja. "Nanti juga akan jatuh sendiri," bisanya dianjurkan seperti itu.
Ada juga yang lebih ekstrem. Mereka mengambil benang atau tali kecil untuk mengikat gigi goyah itu. Lalu minta seseorang untuk menarik tali itu secara serentak.
Saya tidak pernah coba dan tidak berani melakukan teknik itu. Tapi menurut teman-teman saya, teknik itu sudah banyak berhasil.
Lalu ada juga cerita cara mengurangi rasa nyeri ketika sakit gigi. Ada yang bilang berkumur dengan air kencing sendiri. Ada juga yang menganjurkan berkumur dengan sopi (minuman beralkohol yang diproduksi oleh orang lokal). Dan masih banyak saran lainnya.
Ada satu yang paling banyak direkomendasikan oleh teman-teman, yaitu menginang atau lebih dikenal makan sirih pinang. Katanya aktivitas itu menyehatkan dan menguatkan gigi.
"Nenek saya, sampai usia tua, giginya masih lengkap dan tidak pernah sakit gigi," kata beberapa teman itu meyakinkan.
Kelak ketika saya lebih dewasa dan kuliah di bidang kesehatan (perawat), saya jadi paham ada begitu banyak kekeliruan dari pengalaman masa kecil. Termasuk kebiasaan menginang itu sebenarnya malah merusak gigi dan mulut, itu menurut beberapa penelitian yang saya baca.
Tapi, meskipun saya belajar ilmu kesehatan, hal itu tidak serta merta membuat saya rutin ke dokter gigi. Barangkali karena sejak kecil sudah jarang ke dokter gigi, maka kebiasaan itu terus berlanjut; sudah tertanam di alam bawah sadar.
Tapi ketika masa kuliah itu, ada teman saya yang kuliah di jurusan perawat gigi. Menjelang lulus, ia harus melakukan praktik pembersihan karang gigi dan membutuhkan seseorang yang mau jadi relawan sebagai pasiennya.
Karena dia cukup pusing mencari relawan, saya menawarkan diri. Saya datang ke kampusnya, masuk ke ruangan laboratorium. Di sana ia diawasi dosen pembimbingnya, dan mulai menjalankan kegiatan tahap demi tahap.