Mohon tunggu...
Suhadi Sastrawijaya
Suhadi Sastrawijaya Mohon Tunggu... Penulis - Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya penulis berdarah Jawa- Sunda. Hobi membaca terutama buku-buku sastra dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahkota Surga untuk Ayah

14 Januari 2023   17:47 Diperbarui: 14 Januari 2023   18:00 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nadira, bu Asih, saya ingin membicarakan hal penting untuk ibu dan Nadira." Kata ibunya Fahmi.

"Iya, bu. Ibu mau bicara apa?"

"Fahmi telah banyak bercerita tentang kamu. Dan dia tahu banyak tentang kamu. Kamu adalah gadis yang sangat baik. Ia telah berpesan kepada kakaknya agar kakaknya menghitbah kamu Nadira." Mendengar apa yang dikatakan ibunya Fahmi, Nadira kaget bukan kepalang.

"Tapi aku bukanlah gadis yang sempurna Bu.  Bagaimana mungkin aku bisa bersanding dengan kakak yang begitu sempurna fisiknya."

Farhan, kakaknya Fahmi pun angkat bicara. "Nadira, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Aku  berniat menghitbahmu bukan karena permintaan Fahmi saja. Tapi dari lubuk hatiku yang paling dalam aku menaruh rasa cinta kepadamu. Aku tahu kamu tidak sempurna secara fisik. Tapi aku yakin kamu sangat sempurna hatinya. Dan keinginanku adalah  ingin punya pendamping hidup yang kelak akan menerangi seisi rumahku dengan cahaya Al-Qur'an maka disini aku menemukanmu. Bersamamu aku ingin membuat surga menjadi lebih dekat."

Ibunya Fahmi pun ikut bicara "Betul Nadira. Jika ada seorang laki-laki yang baik dan tulus maka tak ada alasan baginya untuk menolaknya selama ia belum punya tambatan hati. " 

Nadira memang tidak punya alasan yang kuat  untuk menolak  lamaran Farhan. Farhan adalah laki-laki yang baik. Dibesarkan oleh keluarga baik-baik. Keluarga yang menjadikan Al-Qur'an sebagai napas kehidupannya. Farhan juga seorang yang rupawan. Berperawakan tegap dan sempurna tak kurang satu apapun. Nadira menoleh kepada ibunya meminta pendapat.

"Ini tergantung Naranimu Nadira. Ibu ikut apapun keputusanmu."

Dengan berurai air mata Nadira menganggukkan kepala.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun