"Nadira, bu Asih, saya ingin membicarakan hal penting untuk ibu dan Nadira." Kata ibunya Fahmi.
"Iya, bu. Ibu mau bicara apa?"
"Fahmi telah banyak bercerita tentang kamu. Dan dia tahu banyak tentang kamu. Kamu adalah gadis yang sangat baik. Ia telah berpesan kepada kakaknya agar kakaknya menghitbah kamu Nadira." Mendengar apa yang dikatakan ibunya Fahmi, Nadira kaget bukan kepalang.
"Tapi aku bukanlah gadis yang sempurna Bu. Â Bagaimana mungkin aku bisa bersanding dengan kakak yang begitu sempurna fisiknya."
Farhan, kakaknya Fahmi pun angkat bicara. "Nadira, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Aku  berniat menghitbahmu bukan karena permintaan Fahmi saja. Tapi dari lubuk hatiku yang paling dalam aku menaruh rasa cinta kepadamu. Aku tahu kamu tidak sempurna secara fisik. Tapi aku yakin kamu sangat sempurna hatinya. Dan keinginanku adalah  ingin punya pendamping hidup yang kelak akan menerangi seisi rumahku dengan cahaya Al-Qur'an maka disini aku menemukanmu. Bersamamu aku ingin membuat surga menjadi lebih dekat."
Ibunya Fahmi pun ikut bicara "Betul Nadira. Jika ada seorang laki-laki yang baik dan tulus maka tak ada alasan baginya untuk menolaknya selama ia belum punya tambatan hati. "Â
Nadira memang tidak punya alasan yang kuat  untuk menolak  lamaran Farhan. Farhan adalah laki-laki yang baik. Dibesarkan oleh keluarga baik-baik. Keluarga yang menjadikan Al-Qur'an sebagai napas kehidupannya. Farhan juga seorang yang rupawan. Berperawakan tegap dan sempurna tak kurang satu apapun. Nadira menoleh kepada ibunya meminta pendapat.
"Ini tergantung Naranimu Nadira. Ibu ikut apapun keputusanmu."
Dengan berurai air mata Nadira menganggukkan kepala.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H